ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 16 Agustus 2023
Pentingnya Personal Branding: Ingin Dikenal Sebagai Siapa?
Oleh:
Indriani br Ginting & Dina Nazriani
Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara
Sebuah ‘nama’ kini tidak lagi hanya sekedar sebagai penunjuk identitas diri, keluarga, atau sebagai pembeda suatu produk dengan produk lain yang sejenis. Namun lebih dari itu, eksistensi sebuah nama kini sudah berkembang, sebuah nama dapat menjadi aset yang bernilai tinggi yang jika dimanfaatkan dengan baik dan optimal akan mampu memberikan berbagai benefits, khususnya bagi pemiliknya. Sehingga, seseorang seharusnya tidak hanya menganggap namanya sekedar nama saja, melainkan menjadi ‘sesuatu’ yang harus dijaga dan dibangun sebagai sebuah brand. Seperti hal nya sebuah produk, seseorang pun perlu mempromosikan brand-nya kepada khalayak umum untuk menunjukkan kekhasan atau keunikan dirinya (Srihasnita, 2018).
Ketika mendengar nama seperti Najwa Shihab, Ariana Grande, Billie Eilish atau Bill Gates, pasti mudah bagi kita untuk mengingat atau menggambarkan mereka dalam beberapa detik saja. Najwa Shihab dikenal sebagai seorang jurnalis yang sangat pintar, berani dan sangat menginspirasi terutama bagi kaum feminis. Ariana Grande dikenal suara yang khas-nya yang merdu dan gaya ikatan rambut ponytail-nya. Billie Eilish terkenal dengan busana oversized yang berwarna warni vibran dan gaya rambut yang selalu berwarna juga. Sedangkan Bill Gates sangat terkenal dengan kekayaannya dan kepintarannya khususnya di bidang teknologi informasi. Itulah contoh-contoh personal branding. Figur-figur diatas telah berhasil mem-branding diri mereka melalui keunikan dan perbedaan yang menjadi ciri khas mereka masing-masing dan menunjukkannya secara konsisten. Jadi, sederhananya, personal branding adalah gambaran diri, apapun yang melekat pada diri kita serta persepsi seseorang yang kita bangun terhadap diri kita. Tujuannya sendiri adalah untuk membangun kesan positif dari orang sekitar terhadap diri kita.
Dalam personal branding, seseorang menawarkan “produk” yang dimilikinya, yaitu nama, kompetensi atau keunggulan, ciri khas atau keunikan (contohnya dari gaya berpakaian, penampilan, pembawaan, suara dan lain lain), dan atribut-atribut diri yang berpotensi menerima respon positif dari orang sekitar (Gunawan, 2020).
Di era digital seperti sekarang ini, personal branding menjadi hal yang sangat penting dimiliki oleh siapa saja, karena personal branding sendiri bertujuan untuk:
1) Menjadi diferensiasi seseorang dengan yang lain. Kita tahu bahwa semua orang memiliki keunikan masing-masing, namun tidak semua orang menunjukkannya dengan cara yang mengesankan. Jika kita punya keunikan atau karakter khusus, orang akan mudah mengingat kita.
2) Sebagai daya tarik. Jika seorang karyawan memiliki daya tarik dan menunjukkan personal banding yang kuat, maka besar kemungkinan untuk mendapatkan promosi jabatan.
3) Sebagai pengendali sekitar. Ketika seseorang memiliki kesan positif yang kuat, orang-orang akan mempercayakan lebih banyak hal padanya sehingga dalam berbagai kondisi, orang tersebut dapat memegang kendali atas situasi.
4) Penunjuk jati diri. Bakat, keunggulan, kompetensi seseorang dapat ditunjukkan melalui personal branding-nya.
5) Pembentuk koneksi. Jika kita memiliki kesan positif yang kuat, maka pasti akan lebih mudah bagi kita menjalin pertemanan di mana pun dan dengan siapa pun.
6) Menumbuhkan self-esteem dan self-value. Dengan membangun personal branding, berarti kita juga membangun kepercayaan diri. Orang yang percaya diri memiliki self-esteem dan self-value yang kuat.
Personal branding utamanya cocok untuk:
- Jobseeker yang ingin segera mendapatkan pekerjaan impiannya
- Karyawan yang ingin semakin sukses berkarier
- Freelancer yang ingin mendapatkan banyak project
- Entrepreneur yang ingin membangun citra terbaik sesuai perusahaan yang dibangun
- Influencer atau selebriti agar mudah di-notice para penggemar
Meskipun begitu, bukan berarti personal branding hanya dibutuhkan oleh profesi di atas saja, semua orang, termasuk mahasiswa juga membutuhkan hal tersebut. Mahasiswa sebagai entitas perguruan tinggi adalah salah satu yang juga paling membutuhkan personal branding. Biasanya branding yang dipakai oleh seorang mahasiswa adalah sebagai sosok yang cerdas, humanis, kritis, dan gampang bergaul dengan siapa saja. Contohnya, Jerome Polin, selain terkenal sebagai Youtuber, beliau juga ternyata seorang mahasiswa. Sosok Jerome Polin dikenal dengan personal branding ‘mahasiswa positif vibes’. Dengan keahlian matematika-nya yang luar biasa dan kemampuannya memainkan berbagai alat musik, sehingga tidak heran beliau memborong berbagai prestasi akademik dan non akademik. Dari pencapaian-pencapaian beliau tersebut muncullah branding-nya sebagai `mahasiswa positif vibes`.
Penting untuk diketahui bahwa tidak begitu mudah untuk dapat membangun personal branding yang kuat. Karena personal branding harus disesuaikan dengan personality, keahlian, keunikan dan tujuan atau visi misi diri. (Montoya, 2008) untuk membangun personal branding, dikemukakan beberapa strategi diantaranya:
1) Persepsikan diri secara berbeda dengan orang lain, tonjolkan kompetensi, gaya serta standar yang ditetapkan. Karena semakin langka kompetensi yang dimiliki, maka akan meingkatkan nilai personal branding yang kuat.
2) Rutin lakukan perbandingan personal branding dengan kompetitor, agar menyadari kelebihan dan kelemahan sehingga selanjutnya dapat mempersiapkan langkah antisipatif dengan segera.
3) Fokus menampilkan kemampuan terbaik (sebagai apa dan seperti apa ingin dikenal) dengan segera dan konsisten.
Referensi:
Montoya. Peter., & Vandehey. Tim. (2008). The Brand Called You: Make Your Bussines Stand Outina Crowded Marketplace (Paperback). United States of America: McGraw-Hill.
Srihasnita, R. (2018). Strategi Membangun Personal Branding dalam Meningkatkan Performance Diri. Jurnal Bappeda, 19-25.
Gunawan. G., Kadiyono. A. L. (2020). Pelatihan Personal Branding Bagi Persiapan Pengembangan Karir Mahasiswa Tingkat Akhir . International Journal of Community Service Learning, 253-273.