ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 06 Maret 2023
Memahami Pentingnya Informasi yang Berimbang dalam Pengambilan Keputusan Berinvestasi
Oleh:
Samuel Adiprasetya Isaputra
Fakultas Psikologi, Universitas Pelita Harapan
Sekitar tahun 2021, bisnis robot trading mulai menyebar di Indonesia. Kementerian Perdagangan menjelaskan bahwa robot trading merupakan suatu perangkat lunak otomatis yang memonitor pasar, menghitung peluang entry, menempatkan transaksi, dan manajemen risiko berdasarkan algoritma pemrogramannya (Ika, 2023). Robot trading dapat digunakan oleh para investor dalam mengambil keputusan yang cepat selama trading berlangsung dan menempatkan dana investasinya (Rahardian, 2022). Mereka tidak perlu lagi melakukan perhitungan secara manual karena perhitungan trading telah dilakukan dengan bantuan artificial intelligence (AI).
Dalam pengoperasiannya, sistem robot trading sebenarnya tidak sepenuhnya berjalan secara otomatis. Rahardian (2022) menjelaskan bahwa robot trading tetap membutuhkan orang yang memahami operasional robot trading tersebut, serta memiliki pengetahuan mendalam mengenai instrumen investasi yang sesuai dengan kebutuhan investor. Pengelola robot trading ini akan membangun sistem operasi robot trading dan memasukkan berbagai informasi yang perlu diperhitungan oleh sistem robot trading agar dapat mengambil keputusan otomatis dengan cepat dan tepat. Dengan demikian, pengelola robot trading harus memiliki profesionalisme dan kompetensi dalam menjalankan tanggung jawabnya sehingga dapat memberikan manfaat bagi para investor robot trading.
Meskipun demikian, operasional robot trading di Indonesia justru banyak disalahgunakan oleh oknum-oknum pengelola robot trading yang tidak bertanggung jawab (Rahardian, 2022). Para oknum yang tidak bertanggung jawab ini justru memasukkan berbagai informasi palsu yang membuat hasil perhitungan selalu tampak baik bagi para investor. Mereka juga menggunakan informasi-informasi palsu ini untuk menarik minat calon investor untuk menempatkan dananya pada robot trading yang mereka kelola. Akibatnya, para calon investor dan investor terus berinvestasi melalui robot trading yang ilegal ini tanpa mengetahui bahwa sebenarnya uang mereka hanya masuk ke kantong pengelola robot trading. Para investor baru menyadarinya ketika mereka tidak bisa melakukan penarikan dana dari robot trading yang mereka gunakan.
Adanya kasus pelanggaran ini kemudian memunculkan berbagai pengaduan dari para investor yang merasa tertipu. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan bahwa jumlah aduan terkait robot trading mendominasi pengaduan konsumen kelompok sepanjang tahun 2022, yaitu sekitar 200 ribu aduan (Natalia, 2023). Salah satu robot trading bahkan menimbulkan kerugian hingga Rp 9 triliun rupiah terhadap total sekitar 25 ribu investornya (Santika, 2023). Nilai kerugian ini bahkan belum termasuk kerugian yang dialami para investor dari robot trading ilegal yang lainnya.
Fenomena robot trading ilegal di Indonesia ini menunjukkan adanya penerimaan masyarakat yang tinggi terhadap inovasi teknologi keuangan tersebut. Kondisi ini jarang terjadi karena pengguna pada umumnya memilih untuk berhati-hati dan mencari informasi terlebih dahulu sebelum menggunakan inovasi teknologi keuangan. Munculnya teknologi baru bukan hanya memberikan manfaat bagi para penggunanya tetapi juga mengandung risiko dan ketidakpastian (Cho, 2004; Pavlou, 2003; Schierz, Schilke, & Wirtz, 2010). Apalagi jika pengguna atau konsumen melibatkan uangnya dalam jumlah yang semakin besar pada suatu transaksi (Yang, Pang, Liu, Yen, & Tarn, 2015). Menurut Yang et al. (2015), transaksi keuangan dalam jumlah yang semakin besar diasosiasikan dengan persepsi yang semakin besar juga mengenai ketidakpastian potensi paparan risiko perilaku oportunistik atau bahaya moral terhadap transaksi yang akan dilakukan.
Secara umum, terdapat suatu model teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan munculnya perilaku penggunaan robot trading di Indonesia, yaitu Theory of Planned Behavior (TPB). TPB merupakan model turunan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang memiliki satu faktor tambahan yang dilibatkan dalam memprediksi munculnya suatu perilaku, yaitu perceived behavioral control (Ajzen, 1991; Ajzen, 2002). Menurut TPB, suatu tindakan muncul karena didasari oleh adanya niat untuk melakukan tindakan tersebut (Ajzen, 2015). Ajzen (2015) juga menjelaskan bahwa pembentukan niat untuk melakukan suatu tindakan dipengaruhi oleh adanya sikap dan norma subyektif yang semakin favorable, serta persepsi kontrol yang semakin besar terhadap tindakan yang akan dilakukan tersebut.
Berdasarkan penjelasan Ajzen (2015) pula, individu mendasarkan penilaian subjektifnya pada berbagai informasi yang dimiliki. Berbagai penilaian ini kemudian membentuk suatu belief yang akhirnya memengaruhi individu untuk memiliki sikap dan norma subyektif yang favorable atau unfavorable, serta taraf persepsi kontrol terhadap tindakan yang akan dilakukan. Artinya, jenis-jenis informasi yang dimiliki individu sangat berpengaruh terhadap kemunculan tindakannya. Informasi yang semakin favorable dalam jumlah banyak akan membuat individu berniat melakukan suatu tindakan. Sebaliknya, masifnya informasi yang unfavorable mengenai suatu tindakan akan membuat individu mengurungkan niatnya untuk melakukan tindakan tersebut.
Sayangnya, dalam kasus robot trading, para investor ini memiliki literasi keuangan yang kurang memadai mengenai robot trading (Annur, 2022). Robot trading juga merupakan salah satu inovasi teknologi keuangan yang baru masuk di Indonesia sehingga informasi mengenai konsep bisnisnya masih minim. Akibatnya, para investor baru ini menggantungkan penilaian subyektif mereka pada berbagai informasi yang disampaikan oleh para oknum pengelola robot trading yang tidak bertanggung jawab. Padahal, informasi yang mereka sampaikan mengandung pesan persuasif dan informasi-informasi positif yang sengaja diarahkan untuk membentuk belief yang positif mengenai robot trading. Misalnya, informasi mengenai investor yang akan mendapatkan keuntungan besar dan stabil dari robot trading (Movanita, 2021; Purnomo, 2023).
Melalui pembahasan fenomena robot trading di Indonesia ini, maka sudah seharusnya bagi para pihak terkait untuk menyediakan informasi yang memadai mengenai robot trading agar dapat membantu para investor sebagai konsumen mengambil keputusan yang tepat. Dengan membantu konsumen untuk mengambil keputusan yang terencana, tepat, optimal, dan dapat diterima, maka mereka akan hidup lebih bahagia (Schubert, 2018). Dari sisi pemerintah, perlu adanya kebijakan yang mewajibkan setiap pengelola robot trading untuk memberikan edukasi mengenai potensi keuntungan menggunakan robot trading sekaligus risiko yang mungkin ditimbulkan. Pemerintah juga dapat secara berkala menerbitkan informasi yang komprehensif mengenai konsep bisnis keuangan tertentu sehingga membantu masyarakat sebagai konsumen untuk mendapatkan informasi yang lebih obyektif. Regulasi yang ketat juga diperlukan untuk mencegah inovasi-inovasi produk yang belum berijin dapat beredar di masyarakat, khususnya produk yang ternyata membahayakan.
Di sisi lain, para investor sebagai konsumen robot trading perlu berhati-hati dalam memilah informasi sebelum mengambil keputusan untuk menggunakan inovasi teknologi tersebut. Para investor dapat mencari sumber informasi lain yang dipandang cukup relevan dan kredibel agar memiliki informasi yang semakin lengkap dan utuh. Dengan demikian, para investor tidak hanya bergantung pada informasi yang disampaikan oknum pengelola robot trading saja yang umumnya mengandung pesan persuasif untuk menggunakan robot trading. Informasi pembanding lain juga dapat berasal dari inovasi teknologi keuangan yang serupa atau bisa saja dari negara lain yang sedang menghadapi fenomena robot trading.
Referensi:
Annur, C. M. (2022, Maret 16). Rentannya Masyarakat Terjerat Investasi Bodong - Analisis Data Katadata. Katadata. https://katadata.co.id/ariayudhistira/analisisdata/6231b8319b44e/rentannya-masyarakat-terjerat-investasi-bodong
Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50(2), 179–211. https://doi.org/10.1016/0749-5978(91)90020-t
Ajzen, I. (2002). Perceived Behavioral Control, Self-Efficacy, Locus of Control, and the Theory of Planned Behavior1. Journal of Applied Social Psychology, 32(4), 665–683. https://doi.org/10.1111/j.1559-1816.2002.tb00236.x
Ajzen, I. (2015). Consumer attitudes and behavior: the theory of planned behavior applied to food consumption decisions. Italian Review of Agricultural Economics, 70(2), 121–138. https://doi.org/10.13128/rea-18003
Cho, J. (2004). Likelihood to abort an online transaction: influences from cognitive evaluations, attitudes, and behavioral variables. Information & Management, 41(7), 827–838. https://doi.org/10.1016/j.im.2003.08.013
Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to Theory and Research. Addison-Wesley.
Ika, A. (2023, Maret 9). Mengenal Robot Trading dan Tips Tak Terjerat Investasi Bodong Halaman all - Kompas.com. KOMPAS.com. https://money.kompas.com/read/2023/03/10/050000826/mengenal-robot-trading-dan-tips-tak-terjerat-investasi-bodong?page=all
Movanita, A. N. K. (2021, Oktober 1). Iming-iming Profit Tinggi dan Stabil Jadi Alasan Orang Tertipu Investasi Bodong Berkedok Robot Trading. KOMPAS.com. https://money.kompas.com/read/2021/10/02/063825526/iming-iming-profit-tinggi-dan-stabil-jadi-alasan-orang-tertipu-investasi
Natalia, F. (2023, Januari 20). YLKI: Tren Pengaduan Konsumen Individu Cenderung Meningkat, Positif agar Makin Berdaya. KOMPAS.tv. https://www.kompas.tv/article/370128/ylki-tren-pengaduan-konsumen-individu-cenderung-meningkat-positif-agar-makin-berdaya
Pavlou, P. A. (2003). Consumer Acceptance of Electronic Commerce: Integrating Trust and Risk with the Technology Acceptance Model. International Journal of Electronic Commerce, 7(3), 101–134. https://doi.org/10.1080/10864415.2003.11044275
Purmono, A. (2023, March 9). Cerita Korban Penipuan Robot Trading di Malang Cerita Diperdaya Wahyu Kenzo hingga Rugi Rp 32 Miliar. Tempo. https://bisnis.tempo.co/read/1700733/cerita-korban-penipuan-robot-trading-di-malang-cerita-diperdaya-wahyu-kenzo-hingga-rugi-rp-32-miliar
Rahadian, L. (2022, Mei 6). Apa Itu Robot Trading? Bagaimana Penggunaannya di Indonesia? CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/mymoney/20220506110730-72-336955/apa-itu-robot-trading-bagaimana-penggunaannya-di-indonesia
Santika, E. F. (2023, Maret 9). Sederet Nilai Kerugian Korban Penipuan Berkedok Robot Trading, AGT Paling Besar. Katadata. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/09/sederet-nilai-kerugian-korban-penipuan-berkedok-robot-trading-agt-paling-besar
Schierz, P. G., Schilke, O., & Wirtz, B. W. (2010). Understanding consumer acceptance of mobile payment services: An empirical analysis. Electronic Commerce Research and Applications, 9(3), 209–216. https://doi.org/10.1016/j.elerap.2009.07.005
Schiffman, L., & Wisenblit, J. L. (2014). Consumer Behavior, Student Value Edition. Prentice Hall.
Schubert, S. (2018). FinTech and Consumer Protection: How to Guide a Consumer Towards a Better Decision. Social Science Research Network. https://doi.org/10.2139/ssrn.3173609
Yang, Q., Pang, C., Liu, L., Yen, D. C., & Tarn, J. M. (2015). Exploring consumer perceived risk and trust for online payments: An empirical study in China’s younger generation. Computers in Human Behavior, 50, 9–24. https://doi.org/10.1016/j.chb.2015.03.058