ISSN 2477-1686
Vol. 9 No. 05 Maret 2023
Penggunaan Framing di Dunia Pendidikan
Oleh:
Chandra Yudistira Purnama
Fakultas Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani – Cimahi
Pendahuluan
Framing atau pembingkaian informasi diartikan sebagai cara atau pelabelan stimulus yang memengaruhi penilaian seseorang tentang informasi yang diterimanya (Carattini et al., 2019; Levin et al., 1988). Sutabri memberikan gambaran mengenai sebuah informasi sebagai data yang diklasifikasikan, diproses atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan (Sutabri, 2016). Framing atau pembingkaian informasi dalam konsep psikologi berfokus dan menekankan pada bagaimana seseorang mengolah informasi yang diterima (Utaminingtyas, 2017).
Penggunaan framing banyak diterapkan dalam berbagai konteks, seperti konteks media informasi, konteks kesehatan, konteks lingkungan dan konteks perilaku korupsi. Pada konteks media, framing digunakan untuk membentuk dan mengarahkan opini masyarakat seperti pemberitaan media online mengenai kasus pedofilia di akun facebook (Mustika, 2017). Pada konteks kesehatan, framing digunakan untuk mempromosikan kesehatan seperti anjuran berhenti merokok dengan kalimat “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin” (Erni Heawati, 2017). Pada konteks lingkungan, framing diterapkan untuk mengajak masyarakat untuk peduli dengan lingkungan dengan menggaungkan slogan “Go Green for Better Tomorrow” (Irie Lynn Louise Mock, 2020). Pada konteks korupsi, framing diterapkan untuk memberikan peringatan agar menjauhi perilaku korupsi melalui sticker “Tanpa korupsi Indonesia Berprestasi” (Deny Prastyo Utomo, 2018).
Dalam dunia Pendidikan framing digunakan salah satunya untuk membantu proses pembelajaran (Rahmat & Hidayat, 2022) dan memberikan motivasi pada siswa agar semangat belajar. Dalam proses pembelajaran framing digunakan membantu memproses informasi mengenai materi yang sedang dipelajari. Melalui teknik framing dalam pengajaran siswa menjadi lebih mudah memproses informasi sehingga mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya (Rahmat & Hidayat, 2022). Selain itu penggunaan kata-kata yang populer untuk memotivasi siswa seperti “practice makes perfect”, “belajar pangkal pandai”, “belajar untuk masa depan yang cerah” banyak dipakai sebagai bentuk framing betapa pentingnya belajar untuk kehidupan dan masa depan.
Pada praktiknya, penggunaan framing belum banyak dipakai oleh guru atau tenaga pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Belum banyak penggunaan framing dalam pembelajaran dikarenakan masih banyak guru dan tenaga pengajar yang belum mengenal dan memahami mengenai framing itu sendiri.
Jenis Framing
Framing dapat dilakukan dalam berbagai cara, seperti memberikan bingkai atau label sesuai dengan pemberi informasi harapkan agar dapat memengaruhi penerima informasi. Pembingkaian terhadap informasi tersebut dapat memengaruhi persepsi terhadap informasi, dapat membentuk dan memengaruhi harapan terhadap perilaku orang lain (Guilfoos & Kurtz, 2017).
Menurut Kahneman dan Tversky framing diklasifikasikan kedalam 2 jenis, yaitu framing positif dan framing negatif (Kahneman & Tversky, 1979).
1. Framing positif
Framing positif adalah pemaparan suatu masalah dalam kaitannya dengan keuntungan yang akan mempengaruhi pembuat keputusan menjadi mengurangi risiko. Jika seseorang berhadapan dengan prospek keuntungan, maka sebagian besar pembuat keputusan tidak ingin melepas keuntungan tersebut dengan cenderung mengurangi risiko (risk averse)
2. Framing negatif
Framing negatif adalah pemaparan suaru masalah dalam kaitannya dengan kerugian yang akan mempengaruhi pembuat keputusan menjadi pencari risiko.Dengan tidak ada lagi yang tersisa selain informasi tentang kerugian, maka sebagian besar pengambil keputusan menjadi pencari risiko (risk seeking).
Implementasi Framing di Dunia Pendidikan
Penggunaan framing dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak berkutat di ranah penerapan kebijakan dan penerapan sistem untuk pembelajaran (Dewi & Setiawan, 2022; Maisarah, 2021). Belum banyak penggunaan framing yang ditujukan secara personal kepada siswa untuk mendukung proses pembelajaran. Padahal bentuk framing tidak selalu dalam bentuk aturan yang kaku, rigid dan mengarah pada kebijakan atau sistem. Framing dalam dunia pendidikan dapat pula dilakukan untuk mempengaruhi secara individu pada siswa melalui cara yang sederhana seperti kata-kata yang diucapkan guru kepada siswanya.
Merujuk pada klasifikasi framing dari Kahneman dan Tversky, bahwa terdapat dua jenis framing yang dapat digunakan untuk membingkai informasi agar dapat memengaruhi penerima informasi, yaitu framing positif dan framing negatif. Framing positif menekankan pada keuntungan yang akan mempengaruhi perilaku pembuat keputusan. Framing negatif menekankan pada kerugian yang akan mempengaruhi perilaku pembuat keputusan. Dalam konteks pendidikan framing dapat digunakan untuk memengaruhi siswa agar perilaku belajarnya menjadi lebih terfokus dan terarah untuk mencapai prestasi yang optimal.
Framing dengan bentuk kata-kata yang berkesan dan memiliki makna dapat membantu mengubah dan mengarahkan perilaku belajar siswa. Framing yang dibuat sedemikian rupa akan dihayati secara mendalam, diproses secara kognitif sehingga diharapkan dapat terinternalisasi yang pada akhirnya membentuk perilaku positif untuk meraih prestasi. Banyak kata-kata mutiara atau quotes diungkapkan oleh para tokoh terkemuka yang dapat digunakan sebagai framing kepada siswa. Ungkapan seperti, “Ilmu adalah yang memberikan manfaat, bukan yang sekadar hanya dihafal“ dan “Barang siapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar, maka akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya” (Imam Syafi’i), “Perubahan adalah hasil akhir dari semua pembelajaran sejati” (Leo Buscaliga), dan “Pembelajaran tidak dicapai secara kebetulan, itu harus dicari dengan semangat dan diperhatikan dengan ketekunan” (Abigail Adams), adalah ungkapan yang bisa disisipkan oleh guru kepada siswanya sebagai bentuk Framing.
Dalam praktiknya guru sering memberikan kata-kata yang bertujuan untuk menyemangati dan memotivasi siswanya agar semangat untuk belajar. Sebenarnya tanpa disadari hal tersebut adalah bentuk framing kepada siswa. Hanya saja kadang bentuk pilihan ungkapan yang kurang tepat yang membuat framing tersebut menjadi tidak bermakna sehingga kurang terinternalisasi yang pada akhirnya tidak mampu menggugah untuk mengubah perilaku belajarnya. Ungkapan seperti, “Kalau malas belajar akan jadi orang bodoh” atau ”Malas belajar, masa depan akan suram” adalah ungkapan yang dimaksudkan untuk menyemangati agar mau belajar. Hanya saja framing yang dibentuk adalah negatif, sehingga pesan atau informasi yang diterima menjadi terkesan menakutkan bagi siswa. Berbeda apabila ungkapan yang dipilih adalah, “Belajarlah yang semangat agar masa depanmu cerah dan terarah” atau “Belajarlah dengan sungguh-sungguh, suatu hari kerja kerasmu akan terbayar dengan kesuksesan”. Ungkapan tersebut merupakan framing positif dan lebih berkesan menguntungkan dan menyenangkan.
Framing dapat digunakan oleh guru sebagai media untuk memengaruhi siswa agar mengambil keputusan yang tepat dalam perilaku belajarnya. Framing dengan bentuk kalimat positif yang disampaikan secara berulang kepada siswa diharapkan dapat membantu mengubah perilaku belajarnya menjadi lebih positif dan terarah berorientasi pada prestasi.
Referensi:
Carattini, S., Levin, S., & Tavoni, A. (2019). Cooperation in the climate commons. Review of Environmental Economics and Policy, 13(2), 227–247. https://doi.org/10.1093/reep/rez009
Deny Prastyo Utomo. (2018). Warga Surabaya Diingatkan Jangan Korupsi Lewat Stiker. Detik.News. https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4336828/warga-surabaya-diingatkan-jangan-korupsi-lewat-stiker
Dewi, R. T., & Setiawan, H. (2022). Analisis Framing Robert N Entmant mengenai Kebijakan Sekolah Online Jadi Pilihan Saat Pandemi Covid-19 dalam Portal Berita Kompas.com dan Republika co.id. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 6066–6076. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3586
Erni Heawati. (2017, May). Rokok dan Masalahnya (Ketentuan Tentang Pesan Pada Bungkus Rokok). Binus Business Law. https://business-law.binus.ac.id/2017/05/31/rokok-dan-masalahnya-ketentuan-tentang-pesan-pada-bungkus-rokok/
Guilfoos, T., & Kurtz, K. J. (2017). Evaluating the role of personality trait information in social dilemmas. Journal of Behavioral and Experimental Economics, 68, 119–129.
Irie Lynn Louise Mock. (2020, May). Go Green for a Better Tomorrow _ Environmentally Friendly Packaging. Vancouver School of Arts and Academics. https://dura-pack.com/scholarship-essays/post/go-green-for-a-better-tomorrow-environmentally-friendly-packaging
Kahneman, D., & Tversky, A. (1979). Kahneman & Tversky (1979) - Prospect Theory - An Analysis Of Decision Under Risk.pdf. In Econometrica.
Levin, I. P., Schnittjer, S. K., & Thee, S. L. (1988). Information Framing effects in social and personal decisions. Journal of Experimental Social Psychology. https://doi.org/10.1016/0022-1031(88)90050-9
Maisarah, W. (2021). Framing Advokasi Perkuliahan Tatap Muka di Masa Normal Baru dalam Pemberitaan Kedaulatan Rakyat. Jurnal Kajian Jurnalisme, 4(2), 192. https://doi.org/10.24198/jkj.v4i2.31300
Mustika, R. (2017). Analisis Framing Pemberitaan Media Online mengenai Kasus Pedofilia di Akun Facebook. Jurnal Penelitian Komunikasi, 20(2), 135–148. https://doi.org/10.20422/jpk.v20i2.159
Rahmat, A., & Hidayat, T. (2022). Penggunaan Framing Pada Praktikum Klasifikasi Tumbuhan Untuk Mempermudah Information Processing dan Menurunkan Usaha Mental Siswa SMA 6E learning by design in facilitating logical thinking and identifying algae View project Cognitive activities View project. Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau, 6(2). https://www.researchgate.net/publication/325258723
Sutabri, T. (2016). Sistem informasi manajemen.
Utaminingtyas, E. C. (2017). Kekerasan Simbolik Media Online (Analisis Framig Berita Fenomena LGBT dalam Portal Berita Republika Online). Interaksi Online, 5(3), 1–15. https://www.aji.or.id/read/press-