ISSN 2477-1686

 

Vol. 9 No. 03 Februari 2023

 

Sabar Sebagai Kunci Sehat Mental Menghadapi Covid 19

 

Oleh:

Pandini Dwi Puspita

Magister Sains Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

 

Datangnya Pandemi Covid 19 telah membawa banyak perubahan dan pengalaman hidup yang mendalam. Banyak sekali kondisi yang dialami selama pandemic belangsung kurang lebih 2 tahun tersebut. Mulai dari perasaan cemas, ketakutan, panik, adanya gangguan dalam berinteraksi dengan lingkungan, sedih dan berkabung, kesepian hingga stress dan depresi. Ditambah juga dengan adanya perubahan-perubahan kebiasaan yang harus dilakukan dari segi kesehatan dan interaksi dengan lingkungan. Hal-hal ini tentu daja memunculkan kondisi mental yang tidak sehat. Alhamdulillah saat ini kita telah dapat melalui masa Pandemi tersebut. Walaupun tetap adanya beberapa adaptasi perubahan kebiasaan dalam proses kembali normal ini, seperti: tetap memakai masker, menjaga kesehatan dengan vaksin, tetap waspada dengan gejala-gejala Covid. Kunci untuk tetap dapat beraktifitas dan melalui masa Pandemi tersebut adalah dengan Sabar.

 

Sabar

Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sabar diartikan sebagai tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati), tabah, tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu-buru nafsu. Sabar merupakan sikap mental dan jiwa yang terlatih dalam menghadapi segala bentuk cobaan, yang terlahir dan tumbuh atas dorongan agama, serta ketabahan dan menerima dengan ikhlas cobaan yang menimpa, menahan diri dari segala macam dorongan hawa nafsu, mempunyai sikap mental tahan uji, teguh dan tidak putus asa serta tetap taat kepada perintah Allah dengan terus berusaha dan berjuang demi memperoleh ridha-Nya untuk kebahagiaan dunia dan akhirat (Syofrianisda, 2017). Sedangkan konsep Sabar dalam Al-Quran menurut ahli Tafsir; (Sukino, 2018) diantaranya; Achmad Mubarok adalah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi godaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka mencapai tujuan, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengungkapkan sabar adalah menahan diri dari rasa gelisah, cemas dan amarah; menahan lidah dari keluh kesah; menahan anggota tubuh dari kekacauan, serta M. Quraish Shihab yang menyebutkan bahwa sabar sebagai menahan diri atau membatasi jiwa dari keinginannya demi mencapai sesuatu yang baik atau lebih baik (luhur).

 

Imam al-Ghazali berkata: “Allah SWT menyebutkan sabar didalam Al-Qur’an lebih dari 70 tempat. Ibnul Qayyim mengutip perkataan imam Ahmad: “sabar” didalam Al-Qur’an terdapat di sekitar 90 tempat. Bila ditelusuri dari semua ayat Al-Quran dan hadits mengenai sabar, rangkuman dari keseluruhannya menyebutkan bahwa sabar akan membawa manusia kepada kebaikan, kebahagiaan dan kemenangan.

 

Dalam konteks psikologi, sabar merupakan bagian dari pembahasan dalam psikologi positif yang dipadankan dengan Kebersyukuran (gratitude) dan juga Pemaafaan (forgiveness). Kebersyukuran diartikan sebagai kebangkitan emosi yang disebabkan oleh perilaku moral (McCullough, dkk, 2001). Ibnu Qudamah dalam kitab Minhajul Qashidin (2009) memaparkan kebersyukuran sebagai niat untuk melakukan kebaikan dan menyebarkannya kepada semua orang, menampakkan nikmat yang didapatkan dengan cara memuji Allah, dan mempergunakan kenikmatan yang didapatkan untuk taat kepada Allah dan tidak mendurhakai-Nya. Sedangkan Pemaafan (forgiveness) merupakan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara kebencian terhadap pihak yang menyakiti serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti (McCullough, 1997). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Subandi (2011), diungkapkan konsep sabar secara psikologis adalah:

 

1.    Pengendalian diri: menahan emosi dan keinginan, berpikir panjang, memaafkan kesalahan, toleransi terhadap penundaan.

2.    Ketabahan, bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh.

3.    Kegigihan: ulet, bekerja keras untuk mencapai tujuan dan mencari pemecahan masalah.

4.    Menerima kenyataan pahit dengan ikhlas dan bersyukur.

5.    Sikap tenang, tidak terburu-buru.

 

Lalu bagaimana seseorang itu dikatakan sabara dan apa saja contoh dari sikap sabar? Bentuk dan ciri orang yang sabar digambarkan sebagai berikut:

·      Ketika diagung-agungkan, ia kemudian dihina;

·      Ketika berlaku jujur, ia dituduh sebagai pembohong;

·      Ketika menyeru orang-orang menuju kebenaran, ia dicerca;

·      Ketika dilukai, ia tidak melakukan kejahatan apa pun;

·      Ketika ia menuntut haknya, mereka menentang

 

Beberapa contoh dari sikap sabar diantaranya adalah sabar menghadapi musibah, sabar untuk menahan hawa nafsu, tidak membalas ejekan, memaafkan kesalahan orang lain, berlaku baik kepada orang yang memusuhi, berprasangka baik kepada Allah, menunggu antrian, tersenyum Ketika diremehkan.

 

Kesehatan Mental

The World Health Organization menyebutkan kesehatan mental adalah keadaan kesejahteraan mental yang memungkinkan orang mengatasi tekanan hidup (stress), menyadari kemampuan mereka, belajar dengan baik dan bekerja dengan baik, dan berkontribusi pada komunitas mereka. Orang yang sehat mental akan memiliki kondisi batin yang berada dalam keadaan tenang, damai dan positif yang memungkinkan seseorang menikmati kehidupan sehari-hari dan menghormati orang lain di sekitarnya. Namun jika sebaliknya, pada saat seseorang dalam kondisi tidak sehat mental maka akan mudah tersinggung, gampang stress, merasa tertekan dan pada beberapa kasus akan mengalami ganggungan perasaan serta perilaku seperti: gangguan makan, gangguan tidur, tidak berenergi, merasa terasing bahkan sampai pada penggunaan obat-obatan terlarang.

 

Kesehatan mental dari sisi perspektif Islam merupakan suatu kemampuan diri individu dalam mengelola terwujudnya keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya secara dinamis berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman hidup menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat (Ariadi, 2013). Pengertian ini hampir sama dengan kondisi Kesehatan mental seseorang secara umum, namun lebih memiliki pijakan atau dasar pada Al-Quran dan As-Sunnah.

 

Sabar dan Sehat Mental kunci menghadapi Covid 19.

Dari penjabaran di atas, sabar merupakan sikap tahan menghadapi cobaan, tidak mengeluh, menahan diri dari rasa gelisah, marah dan cemas, ikhlas dan bersyukur di kala musibah demi mencapai ridho Nya. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki kesabaran akan mampu mengendalikan diri dan menahan hawa nafsu dari hal-hal yang dapat memicu gangguan pada psikologis nya sehingga mental nya akan tetap sehat terjaga. Besarnya dampak yang diakibatkan Pandemi Covid 19 akan dapat diatasi oleh seseorang yang memiliki Kesehatan mental yang baik, karena seseorang yersebut akan tetap “waras” di saat lingkungannya mengalami permsalahan dan kepanikan. Maka sabar merupakan kunci dari pengendalian jiwa seseorang yang dapat menciptakan jiwa serta mental yang sehat.  Ingatlah bahwa dengan Sabar kita akan mampu menghadapi segala cobaan, memperolah ampunan dan pahala yang besar, akan diberi balasan tempat tinggi dalam surga dan juga Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.

 

Referensi:

 

Ariadi, P. (2013). Kesehatan Mental Dalam Perspektif Islam. Syifa’ Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 3(2), 118-127. https://doi.org/10.32502/sm.v3i2.1433

McCullough, M. E., Kilpatrick, S., Emmons, R., & Larson, D. B. (2001). Is gratitude a moral affect.  Psychological Bulletin, 127I(2), 249-266. Doi: 10.1037//0033-2909.127.2.249

Subandi. (2011). Sabar: Sebuah Konsep Psikologi. Jurnal Psikologi. 38(2), 215-227. DOI: 10.22146/jpsi.7654

Sukino. (2018). Konsep Sabar Dalam Al-Quran Dan Kontekstualisasinya Dalam Tujuan Hidup Manusia Melalui Pendidikan. Ruhama: Islamic Educational Journal, 1(1), 63-77. https://doi.org/10.31869/ruhama.v1i1.822

Syofrianisda. (2017). Konsep Sabar Dalam Al-Qur’an Dan Implementasinya Dalam Mewujudkan Kesehatan Mental. Hikmah: Jurnal Pendidikan Islam, 6(1), 137-155. http://dx.doi.org/10.55403/hikmah.v6i1.44