ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 23 Desember 2022

 

Lambe Lamis: Kajian Berdasarkan Tipologi Perkembangan

 

Oleh

Marina Salmond & Sandra Handayani Sutanto

Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan

 

Alkisah seorang kawan yang menceritakan mengenai relasinya dengan ibu X. Dalam urusan pekerjaan, mereka berkomitmen untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang ternyata gagal dipenuhi oleh Ibu X. Salah satu alasan yang mendasari gagalnya pemenuhan komitmen adalah kesulitannya untuk melakukan pengaturan waktu dan mudahnya terdistraksi dengan hal baru yang dirasanya lebih menarik dibandingkan memenuhi komitmen yang telah disepakati. Demikian juga dengan ibu Y, yang seringkali mengubah komitmennya di saat-saat terakhir, karena tiba-tiba mendapatkan tugas lain yang tidak bisa ia tolak, ataupun karena ia tiba-tiba punya pemikiran lain, yang berbeda dengan kesepakatan bersama rekan-rekan satu timnya di awal. Alih-alih mencoba mendiskusikan hal ini dengan rekan-rekannya, ibu Y seringkali memilih mengikuti pemikiran terbarunya dan meninggalkan kesepakatan bersama. Kegagalan untuk memenuhi komitmen dalam kedua kasus ini mendatangkan dampak yang kurang baik dalam relasi dan pekerjaan.

 

Lambe lamis

Mengutip definisi dari Sutanto & Pratiwi (2022), lambe lamis didefinisikan sebagai seseorang yang bermulut manis, lain di mulut dan lain di hati, sehingga mengakibatkan pengingkaran janji dan merusak kepercayaan yang terjalin di antara dua belah pihak. Bisa dilihat bagaimana dalam kedua kasus di atas, baik ibu X maupun ibu Y memberikan kesan lain di mulut lain di hati, sehingga sulit untuk dipegang kata-katanya. Dampaknya relasi sesama rekan kerja memburuk dan sulit untuk menjalin kerja sama di kemudian hari.

 

Tipologi perkembangan

Dalam teori Psikologi perkembangan, kepribadian dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu ego-resilientovercontrolled dan undercontrolled. Bohane, Maguire, dan Richardson (2017) mendasarkan tinjauan sistematis mereka pada teori Block yang menyatakan bahwa ada dua parameter kepribadian, yaitu ego-control dan ego-resiliency.  Block mengatakan bahwa pengendalian impuls adalah fungsi dari ego seseorang, terutama dalam menahan impuls agresif dan menunda pemuasan diri. Seseorang yang cenderung overcontrolled diasumsikan cenderung membatasi diri, terorganisir, menghindar konflik dan mengikuti konsensus. Individu ini menunjukkan ekspresi emosi yang minimal dan sangat menunda pemuasan diri, walaupun sebenarnya wajar. Di sisi sebaliknya, mereka yang cenderung undercontrolledcenderung lebih ekspresif, spontan, memenuhi keinginannya dengan segera, mudah terdistraksi, tidak mengikuti konsensus dan nyaman dengan situasi ambigu. Baik respon overcontrolled atau undercontrolledbisa adaptif atau maladaptif, tergantung pada situasi yang dihadapi. 

 

Seseorang yang dikatakan ego-resilient memiliki kapasitas untuk menghadapi situasi yang menekan dengan fleksibel, jadi kadang orang ini bisa lebih menahan diri, namun dalam situasi berbeda ia bisa lebih spontan dan ekspresif. Reviu ini menyimpulkan bahwa tipe kepribadian seseorang cenderung stabil dari masa kanak-kanak sampai dewasa, dan dapat memprediksikan apakah seseorang akan dapat berfungsi secara adaptif atau maladaptif di masa dewasanya.

 

Dalam beberapa penelitian (Rossi, Weekers, & Hutserbaut, 2021), ditemukan bahwa tipe kepribadian undercontrolled berkorelasi dengan beberapa trait dari Five Factor Model, yaitu trait Conscientiousnessrendah, dan trait Neuroticism yang tinggi. Dengan kata lain, individu dengan tipe undercontrolled cenderung tidak berhati-hati dan mudah panik. Temuan ini cukup konsisten dengan teori Block bahwa di bawah tekanan, individu yang undercontrolled cenderung bertindak impulsif dan tidak terorganisir dengan baik. Sebaliknya, tipe kepribadian overcontrolled berkorelasi dengan trait Extraversion rendah dan Neuroticismtinggi, dengan kata lain tidak mudah membuka diri dan mudah cemas. Sedangkan tipe kepribadian ego-resilient menunjukkan Neuroticism rendah dan skor yang tinggi pada trait-trait lainnya, atau tetap tenang dalam semua situasi, terbuka terhadap perubahan, cukup terbuka, berhati-hati.

 

Kaitan teori dan fenomena

Menilik kedua kasus di awal tulisan ini dari teori tipologi perkembangan, ketika individu yang bersangkutan mengalami tuntutan untuk memenuhi komitmennya, respon kedua individu cenderung spontan dan impulsif, yaitu mengubah atau menarik kembali komitmennya. Walaupun dalam situasi tertentu sikap spontan lebih tepat dan menyenangkan, dalam situasi kerja tim, di mana performa individu ini memengaruhi rekan-rekan dan kerja sama dalam tim, maka respon ini bisa dinilai tidak adaptif untuk jangka panjang. Tidak hanya sasaran awal yang ingin dicapai tim mungkin tidak tercapai, relasi antar anggota tim juga mungkin menjadi kurang baik dan memengaruhi performa tim secara keseluruhan. Rekan-rekan satu tim mungkin mengembangkan persepsi dan respon interpersonal yang kurang positif tentang individu dengan kebiasan lambe lamis ini, yang berdampak pada kerja sama mereka di masa mendatang. 

 

Tips dan Strategi

Untuk menghadapi individu dengan kepribadian undercontrolled, maka kita perlu :

1.    Menetapkan boundaries/batasan yang cukup dalam berelasi.

2.   Mengelola ekspektasi untuk meminimalisir kekecewaan dalam relasi, termasuk mengantisipasi bahwa individu mungkin akan menarik kata-katanya di kemudian hari.

3.    Memberikan struktur yang jelas dalam pengerjaan tugas untuk disepakati dan dikerjakan bersama.

4.  Mengupayakan komunikasi terbuka dua arah untuk klarifikasi. Dengan adanya umpan balik, individu yang bersangkutan mungkin menjadi lebih sadar akan konsekuensi dari perilakunya.

 

Selig (2022) membagikan beberapa tips bagi individu dengan kehati-hatian yang rendah (sebagai ciri utama dari undercontrolled) :

1.   Menentukan tujuan bermakna yang akan dicapai. Bagi tujuan tersebut menjadi beberapa tujuan jangka pendek yang dapat dipenuhi.

2.    Bertanggungjawablah kepada yang lain. Informasikan pihak lain saat akan melakukan perubahan, sebaiknya tidak serta merta meninggalkan tugas yang sedang dikerjakan seperti ilustrasi Ibu Y karena akan merugikan pihak lain.

3.   Akui kesalahan. Ketidakhati-hatian dapat merugikan banyak pihak, perbaiki relasi yang retak dengan mengakui kesalahan dan memperbaikinya.

4. Pertimbangkan untuk memiliki support group. Jika Anda memiliki kebutuhan untuk memiliki struktur tugas yang jelas, bergabunglah dengan kelompok teman yang bertanggung jawab.

 

Impulsive actions led to trouble, and trouble could have unpleasant consequences.

-Stieg Larsson

 

 

Referensi:

 

Bohane, L., Maguire, N., & Richardson, T. (2017). Resilients, overcontrollers and undercontrollers: A systematic review of the utility of a personality typology method in understanding adult mental health problems. Clinical Psychology Review, Volume 57, 75-92. https://doi.org/10.1016/j.cpr.2017.07.005.

Rossi, G., Weekers, L. C., & Hutsebaut, J. (2021). Resilient, undercontrolled, and overcontrolled personality types based upon DSM-5 maladaptive personality traits. Heliyon 7, e06938. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e06938

Selig, M. (2022. May 5). 3 key of benefits being conscientious. Psychology Todayhttps://www.psychologytoday.com/us/blog/changepower/202205/3-key-benefits-being-conscientious

Sutanto, S.H., & Pratiwi, P.C. (2022, September 26). Lambe lamis : Upaya mendapatkan penerimaaan atau manipulasi? Buletin KPINhttps://buletin.k-pin.org/index.php/daftar-artikel/1125-lambe-lamis-upaya-mendapatkan-penerimaan-atau-manipulasi