ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 16 Agustus 2022

Berawal Dari Media Sosial Berujung Dengan Kecemasan Sosial, Apa Sih Kecemasan Sosial Itu?

 

Oleh:

Maria Jane Tienoviani Simanjuntak & Larasati Widya Putri

Program Studi Psikologi, Universitas Pembangunan Jaya

 

Sebagai makhluk sosial, menjalin interaksi sosial merupakan kebutuhan yang perlu dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara supaya lingkungan sekitar dapat menerima kita yaitu dengan menerapkan cara berkomunikasi yang baik. Terdapat beberapa hal yang harus diterapkan jika kita ingin memiliki kemampuan komunikasi yang baik, diantaranya memperhatikan tutur kata, bersikap terbuka, memberi support dan dapat mengendalikan emosi (Hafidz, 2022). Komunikasi akan lebih efektif apabila dilakukan secara langsung (face-to-face). Namun, ganasnya penyebaran virus Corona saat ini membuat aktivitas bersosialisasi dan proses komunikasi menjadi terbatas, dimana para individu disarankan untuk tetap berada di rumah masing-masing dan tidak terlalu banyak berkumpul di luar rumah.

 

Adanya kebijakan untuk melakukan segala sesuatu dari rumah membuat para individu sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain secara langsung (face-to-face). Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan adanya perkembangan teknologi di sekitar kita, yaitu berkembangnya fitur pada media sosial yang seakan-akan menjadi penyelamat individu untuk tetap berkomunikasi. Fitur-fitur yang dapat membantu individu untuk berkomunikasi dengan orang lain diantaranya adalah free callvideo call, dan adanya kolom komentar pada beberapa media sosial. Tentunya fitur-fitur ini sangatlah membantu individu untuk tetap menjalin silaturahmi dengan individu lain. 

 

Meskipun demikian, tak jarang terdapat individu yang menyalahgunakan fitur-fitur tersebut, salah satunya adalah menuliskan komentar-komentar negatif pada fitur kolom komentar. Hal ini sangat mudah kita temui terutama pada media sosial Instagram. Biasanya individu yang sering sekali mendapat komentar seperti ini adalah para artis yang sedang dirundung masalah. Namun, tidak menutup kemungkinan, kita sebagai masyarakat biasa juga akan mendapatkan komentar negatif. Individu yang biasa kita sebut “Netizen” seakan-akan menjadi individu yang paling sempurna dan dengan mudahnya memberikan komentar negatif tentang apa yang sedang terjadi. Hal ini pun berdampak negatif bagi korban perundungan tersebut, salah satu dampak negatif yang mungkin terjadi adalah mengalami kecemasan sosial. 

 

Kecemasan sosial merupakan rasa takut akan dinilai dan dievaluasi secara negatif oleh orang lain di berbagai setting sosial (Richards, 2021). Terdapat 3 aspek terkait dengan kecemasan sosial menurut Erliksson et al., (2020), yaitu: 

 

1.    Negative evaluation anxiety, yaitu rasa cemas ketika mendapatkan evaluasi negatif dari orang lain (Erliksson et al., 2020).

 

2.    Interaction anciety, yaitu rasa cemas ketika individu melakukan interaksi melalui media sosial (Erliksson et al., 2020). 

 

3.  Anxiety regarding privacy concerns, yaitu rasa cemas ketika terdapat kemungkinan informasi pribdi seorang individu dapat tersebar melalui media sosial (Erliksson et al., 2020). 

 

Semua akibat pastinya memiliki sebab yang jelas, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya kecemasan sosial pada individu, yaitu:

 

1.   Privacy concern, seperti informasi pribadi meliputi alamat rumah, foto pribadi, nomor ponsel, dan tanggal ulang tahun yang mungkin dapat tersebar melalui media sosial (Lanier & Saini sebagaimana dikutip dalam Alkis et al., 2017).

 

2.   Self-presentation, ketika memasuki suatu lingkungan sosial, individu mungkin merasa cemas terkait dengan persepsi orang lain terhadap presentasi diri yang Ia berikan (Schlenker & Leary sebagaimana dikutip dalam Leary & Jongman-Sereno, 2014).

 

3.  Puberty, adanya perubahan penampilan fisik seiring dengan bertumbuhnya manusia terkadang tidak sesuai dengan stigma yang saat ini masih berkembang di sekitar kita. Namun, sesungguhnya stigma tersebut seharusnya sudah tidak dijadikan sebagai suatu patokan menarik atau tidak menariknya penampilan seorang individu. Hofmann & DiBartolo (2014) pun mengatakan bahwa terdapat sebuah penelitian yang membuktikan bahwa usia pubertas individu mampu mempengaruhi harga diri dan kecemasan sosial subjektif. 

 

Selain kecemasan sosial, komentar-komentar negatif yang diberikan melalui media sosial dapat menimbulkan dampak buruk lainnya. Seorang Dekan Business Studies LSPR Jakarta (Sinaga, 2018)menyebutkan beberapa dampak buruk bagi korban yang mendapatkan komentar negatif, yaitu: 

 

1.  Jangka pendek, diantaranya berhenti melanjutkan pendidikan, pindah sekolah, tidak mau (tidak nafsu) makan, mengalami anoreksia, mengalami trauma yang sangat mendalam hingga membuat individu menjadi introvert, bahkan bunuh diri. 

 

2.    Jangka panjang, diantaranya mengidap bipolar, mengalami psikomatis, penyakit psikis, serta ketidakteraturan emosi. 

 

Tanpa disadari, satu kalimat negatif yang ditulis tanpa berpikir panjang dapat mempengaruhi perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu, berpikir bijaksana sebelum memberikan komentar terhadap orang lain adalah hal yang penting. Satu kalimat yang menurut kita tidak memiliki arti, ternyata bisa sangat berarti dan menyakitkan bagi orang lain. 

 

 

Referensi:

 

Alkis, Y., Kadirhan, Z., & Sat, M. (2017). Development and validation of social Anxiety Scale for Social Media Users. Computers in Human Behavior72, 296–303. https://doi.org/10.1016/j.chb.2017.03.011

Erliksson, O. J., Lidner, P., & Mortberg, E. (2020). Measuring associations between social anxiety and use of different types of social media using the Swedish Social Anxiety Scale for Social Media Users: A psychometric evaluation and cross-sectional study. Scandinavian Journal of Psychology, 819–826. https://doi.org/10.1111/sjop.12673

Hafidz, L. (2022). 10 Cara berkomunikasi yang baik dan manfaatnya untuk karier. Ekrut.Com. https://www.ekrut.com/media/cara-berkomunikasi-yang-baik

Hofmann, S. G., & DiBartolo, P. M. (2014). Social anxiety clinical, developmental, and social perspectives (S. G. Hofmann & P. M. DiBartolo (eds.); 3rd editio). Elsevier.

Leary, M. R., & Jongman-Sereno, K. P. (2014). Social anxiety as an early warning system: A refinement and extension of the self-presentation theory of social anxiety (pp. 579–580). https://doi.org/10.1016/B978-0-12-394427-6.00020-0

Richards, T. A. (2021). What is social anxiety? Socialanxietyinstitute.Org. https://socialanxietyinstitute.org/what-is-social-anxiety

Sinaga, D. (2018). Maraknya komentar jahat di media sosial. Cnnindonesia.Com. https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20171229090331-445-265417/maraknya-komentar-jahat-di-media-sosial