ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 13 Juli 2022

Seni Mengatasi Kecemasan Matematika Pada Siswa Sekolah Dasar

 

Oleh

Fajar Nurisa Khoirini, Rona Imania & Ilham Mundzir

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka

 

Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang dihindari oleh sebagian siswa pada jenjang Sekolah Dasar. Hal ini karena sebagain siswa merasakan takut, cemas serta khawatir ketika menghadapi persoalan matematika. Kecemasan matematika ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya faktor guru yang galak, kondisi kelas membosankan, serta banyaknya rumus dan pilihan angka yang besar. Kecemasan matematika adalah masalah yang nyata yang dihadapi oleh siswa atau guru. Kecemasan matematika ini merupakan bentuk akibat dari adanya sindrom yang   disebabkan oleh respons   emosional   dari   pelajaran matematika  Apabila kecemasan matematika dibiarkan tentu berdampak buruk terhadap siswa diantaranya timbul rasa malas dan ketergantungan. Lalu bagaimanakah solusinya? Sebelum itu mari kita pahami dulu apa itu kecemasan matematika.  

 

Apa Itu Kecemasan Matematika?

 

Kecemasan Matematika merupakan suatu keadaan dimana individu merasa tegang, cemas, khawatir  atau takut pada hal-hal yang melibatkan matematika, biasanaya dapat dilihat atau ditandai dengan adanya respon kognitif, afektif atau psikomotorik  yang terihat ketika siswa dihadapkan dengan hal-hal  yang melibatkan matematika Rizta, & Antari, (2019). Kecemasan matematika merupakan suatu kondisi yang arahnya pada emosi negatif, bukan lagi bentuk ketidaksukaan namun lebih dari ketidak sukaaan yang meliputi berbagai aspek. Sehingga kecemasan matematika ini bisa menimbulkan distorsi dalam penyelesaian masalah matematika terutama pada ruang lingkup pembelajaran di sekolah. Kecemasan Matematika tentu memiliki dampak bagi siswa.

 

Bagaimana Dampaknya?

Apabila Kecemasan Pada Matematika ini terus dibiarkan akan berdampak pada kognitif siswa, siswa akan melakukan penghindaran terhadap pelajaran matematika karena  kesulitan dalam pemecahan masalah matematika. Kecemasan matematika ini juga dapat  menyebabkan  timbulnya Perasaan cemas yang berlebihan  sehingga hasil belajar akan memburuk Hidayat, & Ayudia, (2019). Dampak lainnya adalah siswa menjadi malas untuk belajar matematika. Siswa cenderung mengandalkan sikap ketergantungan terhadap teman, keluarga atau guru, sehingga sikap kemandirian untuk mengeksplorasi matematika cenderung buruk. 

 

Seni Mengatasi Kecemasan Matematika Pada Siswa Sekolah Dasar

1.      Pembelajaran Model Quantum

Pada penelitian yang dialkukan oleh  Jehadus (2018) Pembelajaran Quantum ini efektif diterapkan karena mengguakan seni pendekatan interaksi dengan cara mengubah energy menjadi cahaya, yakni pengubahan berbagai macam interaksi di alam sekitar menjadi momen belajar. Interkasi disiini mengubah bakat dan kemampuan alamiah siswa menjadi Chaya yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Jadi pada pemebelajaran model quantum menekankan pada aspek penumbuhan emosi positif, kekuatan otak, serta keberhasilan agar terciptanya motivasi serta minat belajar pada siswa. Contoh dari pembelajaran Model Quantum ini misalnya  menggunakan format lembar belajar yang menarik yang didalam nya terdapat gambar-gambar yang disukai pada rentang usia anak Sekolah Dasar. 

 

2.      Pembelajaran Berbasis CONINCON

Model pembelajaran ini ditawarkan oleh Maulida, Suyitno, & Asih, (2019) Pembelajaran dengan Basis CONINCON (Constructivism, Integratif and Contextual) memiliki kefektifian yang cukup tinggi dengan memadukan pendekatan kontriktivisme, integrative, serta kontekstual. Dimana siswa diminta agar untuk mengintegrasikan konsep atau rumus matematika pada kehidupan sehari-hari. Pada model pembelajaran ini memadukan koneksi antar topik metematika dengan disiplin ilmu lain selain matematika. Tahapannya melalui kontruktivisme yang berkaitan dengan aspek koneksi anatar topik matematika, kemudian integrated yang memiliki kaitan dengan koneksi disiplin ilmu lain serta memiliki kontekstual yang berkaitan  pada kehidupan sehari-hari di dunia nyata. 

 

3.      Belajar Perkalian Melalui Permainan Tradisional “Lempar Karet”

Pembelajaran ini dinovasi oleh Hartatik, & Rahayu (2018) ini tidak membosankan. Namun memilikibeberapa prinsip yakni ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, sportif, partisipasi serta komunikasi, dan evaluasi proses kelompok dan individu. Tahapannya: menyampaikan tujuan pembelajaran, membentuk kelompok,menyiapkan alat dan bahan, menjelaskan aturan permainan, mensimulasikan, melakukan permainan,membimbing kelompok, evaluasi kemudianmenarik kesimpulan. Siswa diminta untuk melemparkan karet pada ubin yang terdapat angka kemudian mencatat skor.  Rumusnya adalah A x B = B + B + B + B…+B (sebanyak A). A=angka dalam area pelemparan, B=jumlah karet dalam gulungan.Misalkan: jika A=angka yang ada di kotak adalah  8  dan  B  adalah  jumlah  karet  yang dilempar adalah 3 maka 8 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3=24Jadi banyaknya karet yang diperoleh sebanyak 24 karet.

 

4.      Pembelajaran Bangun Datar Melalui Permainan Tradisional “Engklek”

Pembelajarani ini dikembangkan oleh Maulida (2019) dengan menggunakan kapur  dan  tempat  strategis, kemudian dimainkan beberapa  orang,  permainan  ini  memberi  pengenalan  bentuk  bangun  datar.  Disetiap  daerah  bangun datar  yang  digunakan pada  permainan  engklek  berbeda-beda: persegi, persegi  panjang,  setengah  lingkaran.  Permainan Engklek mengandung  unsur  geometri  datar,  dapat  diterapkan  dalam  pembelajaran  matematika, Karena mengandung unsur materi geometri dan  perbandingan serta peluang.

 

 

Referensi:

 

Hartatik, S., & Rahayu, D. W. (2018). Inovasi Model Pembelajaran Melalui Permainan Tradisional “Lempar Karet” Untuk Mengajarkan Konsep Perkalian Bagi Siswa Sekolah Dasar. Education and Human Development Journal3(2).

 

Hidayat, W., & Ayudia, D. B. (2019). Kecemasan matematik dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMA. Kalamatika: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2), 205-214.

 

Jehadus, E. (2018). Pengembangan perangkat pembelajaran model quantum untuk mengatasi kecemasan matematika siswa. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio10(2), 137-142.

 

Maulida, A. R., Suyitno, H., & Asih, T. S. N. (2019, February). Kemampuan Koneksi Matematis pada Pembelajaran CONINCON (Constructivism, Integratif and Contextual) untuk Mengatasi Kecemasan Siswa. In PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika2, 724-731.

 

Maulida, S. H. (2019, November). Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika Melalui Permainan Tradisional Engklek. In Prosiding SEMDIKJAR (Seminar Nasional Pendidikan dan Pembelajaran)3, 561-569.

 

 

Rizta, A., & Antari, L. (2019). Tingkat mathematics anxiety pada mahasiswa calon guru matematika. Jurnal Pendidikan Matematika, 13(1), 9-20.