ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 12 Juni 2022
Screen Dependency Disorder (SDD): Gangguan Yang Bikin Anak Sulit Jauh Dari Gadget
Oleh:
Anastacia Jeniar Sonya Hariwiyanti dan Muhammad Erwan Syah
Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Saat ini perkembangan teknologi menjadi hal yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak dipungkiri, perkembangan teknologi membawa banyak perubahan pada pola-pola kehidupan masyarakat saat ini. Kemajuan teknologi memberikan beberapa kemudahan dalam dunia pembelajaran, pekerjaan, komunikasi, jual-beli barang dan lain sebagainya sehingga menuntut manusia mau tidak mau untuk menggunakan teknologi. Kemajuan teknologi tidak hanya menjangkau masyarakat dewasa namun semua kalangan termasuk remaja dan anak-anak, tanpa terkecuali. Gadget atau gawai merupakan salah satu bentuk nyata dari kemajuan teknologi. Banyak anak-anak usia dini yang sudah mahir menggunakan gadget, padahal penggunaan gadget pada anak usia dini dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya apabila tidak mendapat pengawasan dan pendampingan dari orang tua.
Usia dini merupakan anak yang berusia 0-6 tahun. Masa ini disebut juga golden age, yaitu masa keemasan dimana pertumbuhan anak terjadi secara pesat. Untuk mendukung pertumbuhan anak secara maksimal orang tua harus bijaksana dalam pemberian akses gadget pada anak. Namun pada kenyataannya, banyak orang tua yang belum memahami dampak negatif pemberian gadget pada anak usia dini. Penggunaan gadget yang berlebihan dapat menimbulkan gangguan perkembangan anak usia dini seperti gangguan pada aspek nilai agama dan moral, aspek kognitif, aspek fisik dan motorik, aspek sosial dan emosional, serta aspek perkembangan bahasa (Elfiadi dalam Sari et al., 2021). Selain itu, pemberian gadget pada anak usia dini memperbesar kemungkinan anak akan mengalami kecanduan yang biasa disebut screen dependency disorder (SDD).
SDD merupakan perilaku adiksi terhadap gadget yang dapat menimbulkan gangguan pada perilaku, kognisi, dan sosial anak seperti terjadinya keterlambatan bicara dan bahasa, mempengaruhi perkembangan otak anak ke arah yang negatif, keterlambatan perkembangan motorik dan gangguan-gangguan lain. Anak usia dini di sebut mengalami SDD bila tidak bisa lepas dari gadget dan hal tersebut sampai mengganggu kegiatan sehari-hari (Budi, 2021). Gangguan ini dapat dialami oleh semua kalangan usia, namun dampak yang lebih besar akan dirasakan bila dialami oleh anak usia dini karena usia ini merupakan tahap anak belajar untuk meniru sikap, kata-kata dan perilaku yang ada di sekitarnya, dari apa yang dilihat, didengar dan dialaminya. Gangguan perkembangan yang dialami selama masa usia dini, akan berpengaruh pada tahap perkembangan anak selanjutnya.
Pencegahan SDD harus dilakukan sedini mungkin dan membutuhkan peran dari orang tua karena pada usia ini anak-anak masih sangat bergantung pada orang tua. Menurut American Academy of Pediatrisc (APP) (dalam Budi, 2021) orang tua dapat melakukan beberapa hal sebagai bentuk pencegahan SDD pada anak usia dini, antara lain menjauhkan perangkat digital dari jangkauan anak, jangan menggunakan gadget untuk menenangkan anak yang tantrum (digital baby sitter), memberi batasan waktu penggunaan gadget, membuat jadwal penggunaan gadget, memberikan contoh yang baik pada anak, sepakati aturan bebas wilayah gadget didalam rumah dan perbanyak aktivitas bermain diluar rumah. Orang tua harus sadar dan mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan gadget serta memahami cara penggunaan perangkat digital baik online maupun offline untuk melindungi keselamatan anak dari ancaman penggunaannya.
Referensi:
Budi, M. E. P. (2021). Pelaksanaan kelas digital parenting bertema cara mencegah kecanduan gadget di masa golden age. ROSYADA: Islamic Guidance and Counseling, 1(1), 23–38. https://doi.org/10.21154/rosyada.v1i1.2413
Sari, G., Lombok, W., Amilia, R., Qamariah, N., Andaruni, R., Harahap, A. P., & Makmun, I. (2021). Edukasi Pencegahan Screen Depedency Disorder (SDD) Dan Tantangan Pola Asuh Efektif Anak Usia Dini Era Digital di Desa Taman Sari Gunung Sari Lombok Barat. Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan, 3(1), 25–29.