ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 9 Mei 2022

Penerimaan Diri Sebagai Landasan Kesehatan Mental

 

Oleh:

Rizkia Husaini

Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara

 

Apakah kita sudah menerima diri sendiri? 

 

Pertanyaan ini mungkin terdengar aneh. Tidakkah kita semua menerima diri kita sendiri sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari? Ternyata, penerimaan diri bukanlah suatu keadaan yang otomatis. Istilah "penerimaan diri" terdengar sederhana tetapi tidak sesederhana itu. Fenomenanya banyak individu yang mengalami kesulitan menerima diri apa adanya. Tidak sulit untuk menerima bagian baik dari diri, tetapi bagaimana dengan yang buruk? kita perlu menerima diri kita sendiri, yang baik dan yang buruk. 

 

Penerimaan diri atau yang sering disebut self-acceptance (istilah populer dalam bahasa inggris) adalah memahami bahwa kita adalah manusia dengan segala kelebihan dan kekurangan. Kurang menerima diri sendiri akan membuat kita sulit mengatur emosi. Hal ini akan berdampak buruk pada kesehatan mental dan akhirnya muncul kecemasan, marah, stres bahkan depresi (Carson & Langer, 2006)Penerimaan diri juga bukan berarti merasa lebih sempurna dari orang lain dan menutup telinga atas semua kritikan yang ada. Tetapi kita sebagai individu memahami untuk tidak apa-apa menerima diri dan kritikan sebagai motivasi untuk perbaikan diri terus menerus.

 

Di masa pandemi COVID dengan banyak permasalahan dan perubahan yang ada. Seperti halnya banyak kegiatan yang beralih dari mode penyampaian tatap muka ke virtual. Pemuda, khususnya pelajar, adalah kelompok yang paling rentan karena diserbu dengan berbagai dorongan yang mengarah pada depresi dan kecemasan. Penelitian yang dilakukan Bayram & Bilgel (2008) mengenai kesehatan mental di kalangan mahasiswa telah melaporkan tingginya prevalensi gejala psikologis. Menurut Bao, dkk (2020) perubahan dan berbagai masalah yang terjadi selama pandemi COVID, dikaitkan dengan tekanan psikologis dan gejala penyakit mental.

 

Sangat perlu bagi para pelajar menjaga kesehatan mental di masa-masa sulitSebagian besar pelajar membandingkan kehidupan masa lalu dan masa saat ini yang kurang bersahabat. Seperti pelajar dihadapkan pada tantangan berat dalam proses pembelajaran yang terbatas pada infrastruktur teknologi. Seperti kurangnya fasilitas internet, konektivitas internet yang lemah dan pemadaman listrik. Hal ini menimbulkan perasaan negatif seperti menyalahkan keadaan sekitar hingga menyalahkan diri sendiri. Mudah bagi individu untuk menerima diri sendiri ketika baru saja melakukan sesuatu yang hebat, tetapi menerima diri sendiri saat melakukan kesalahan dan kekurangan adalah inti dari penerimaan diri (Simon, 2016)

 

Hambatan utama untuk penerimaan diri yaitu ketidakmampuan menerima kegagalan dan kesalahan di masa lalu. Padahal kegagalan dan kesalahan itu dapat dilihat melalui perspektif yang lebih positif. Dengan belajar sesuatu yang berharga dari hal tersebut dan meningkatkan kualitas diri dengan melakukan hal-hal positif (Carson & Langer, 2006)Namun tetap saja ini dapat dilakukan jika ada kesadaran diri yang baik untuk menghindari segala bentuk penghakiman diri sendiri.

 

Bisikan negatif yang selalu menghakimi diri terus mengganggu di kepala membuat diri merasa kecil dan tidak aman. Maka bersahabat dengan diri sendiri itu sangat perlu. Seseorang yang kurang menerima diri sendiri, saat melakukan kesalahan kecil akan selalu mengomentari dirinya sampai merasa dirinya tidak pantas diterima oleh lingkungannya. Hal ini akan menyulitkan diri, menghambat kepercayaan diri dan mencegah diri sendiri dalam mencapai potensi penuh untuk maju ke depan. 

 

Menerima diri dimulai dari berhenti mengkritik kekurangan dalam diri dan memperbaikinya. Berdamai dan beradaptasi dengan keadaan sulit juga proses penerimaan diri. Karena menjadi manusia, tidak apa apa untuk menjadi tidak sempurna di beberapa bagian (Bernard, 2013). Namun yang perlu diperhatikan yaitu bedanya menerima diri sendiri yang menimbulkan rasa “pasrah” terhadap kelemahan diri, dengan menerima diri sendiri dalam arti mensyukuri apa yang ada dalam diri sehingga mengoptimalkan apa yang menjadi potensi diri. 

 

Untuk menerima diri dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki perlu dilatih dengan menggunakan kotak P3K mental pribadi yang memiliki empat item yang dapat digunakan saat menghadapi permasalahan; (1) perhatikan saat diri mulai terguncang, dengan memberikan label sederhana terhadap apa yang sedang dialami, (2) self-compassion atau menyayangi diri sendiri, (3) jadilah teman untuk diri sendiri, dengan berbicara pada diri sendiri dan mencoba memaafkan kesalahan diri dan berdamai dengan keadaan, (4) buatlah rencana dengan menyibukkan diri dengan hal-hal yang positif (Simon, 2016).

 

Belajar menerima diri sendiri akan membantu pelajar untuk tidak terlalu kritis terhadap diri sendiri. Ini dapat membantu menciptakan pandangan yang lebih positif dan penuh cinta terhadap keadaan diri. Maka dapat disimpulkan, agar pelajar dapat mempraktikkan penerimaan diri yang baik dan benar, dapat mulai mencintai diri sendiri, merangkul diri, dan berupaya meningkatkan sifat dan kualitas yang kurang diinginkan.

 

Selain itu bimbingan, konseling dan pendampingan bagi para pelajar untuk melewati masa-masa sulit inijuga diperlukan. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan siswa penting untuk kesehatan mental para pelajar. Institusi akademik juga perlu mengevaluasi kembali kurikulum yang ada, hasil pembelajaran, dan strategi evaluasi untuk cara penyampaian online yang efektif.

 

 

Referensi:

 

Bao, Y., Sun, Y., Meng, S., Shi, J., & Lu, L. (2020). 2019-nCoV Epidemic: Address Mental Health Care to Empower Society. The Lancet (hal. e37-e38). Chicago: Elsevier Ltd.

 

Bayram, N., & Bilgel, N. (2008). The Prevalence and Socio-demographic Correlations of Depression, Anxiety and Stress among a Group of University Students. Soc Psychiatry Psychiatr Epidemiol, 667–72.

 

Bernard, M. E. (2013). The Strength of Self-Acceptance. London: Springer Science+Business Media.

 

Carson, S. H., & Langer, E. J. (2006). Mindfulness and Self-acceptance. Journal of Rational-Emotive & Cognitive-Behavior Therapy, 29-43.

 

Simon, T. (2016). The Self-Acceptance Project: How to Be Kind and Compassionate Toward Yourself in Any Situation. Boulder: Sounds True.