ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 8 Apr 2022

Peran Psikologi Kemaritiman Dalam Meningkatkan SDM Angkatan Laut Menuju World Class Navy Dengan TAPAS

 

Oleh:

Ogi Nanda Raka Ade Candra Nugraha & Muhammad Erwan Syah

Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

 

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan merupakan investasi dan aset  yang sangat berharga bagi suatu instansi atau organisasi (Komara, 2019)karena pada umumnya tujuan pengembangan sumber daya manusia adalah untuk memastikan bahwa organisasi atau instansi tersebut memiliki orang-orang yang berkualitas untuk mencapai tujuan organisasi atau instansi guna meningkatkan efisiensi dan pertumbuhan operasional (Mamik & Syarif, 2016)Sumber daya manusia merupakan sinergi dari kekuatan ideologis individu dan kekuatan material. Kapasitas berpikir adalah kecerdasan yang muncul (modal dasar) sedangkan keterampilan diperoleh melalui usaha (belajar dan berlatih). Kecerdasan tolak ukurnya Intellegence Quotient (IQ) dan Emotion Quality(EQ) (Hasibuan, 2016).

 

 

Pada instansi pemerintah, khususnya TNI, inti kekuatan terletak pada unsur sumber daya manusia. Indikator sumber daya manusia pertahanan militer terletak pada kualitas intelektual, mental, dan fisik yang tercermin dalam kondisi yang tanggap, tanggon, dan trengginas. Untuk mencapainya, diperlukan suatu usaha yang dirancang sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan perkembangan lingkungan strategis dan teknologi (Kemhan RI, 2014)Dalam hal ini, khusunya TNI AL mempunyai tujuan menjadi World Class Navy, ialah sebuah predikat untuk menjadi armada angkatan laut berkelas dunia. Untuk meraih predikat tersebut TNI AL Operational Readiness. Namun, kemampuan TNI AL saat ini masih belum sampai di potensi terbaiknya bila ditinjau dari aspek-aspek yang ada di dalam Operational Readiness, yakni Material Readiness, Personel Readiness, dan Training Readiness sebagai salah satu tolok ukur utama bagi kualitas armada AL. Personel Readiness dan Training Readiness yang masih belum memenuhi kualifikasi karena rendahnya mekanisme, metode, dan skenario kerja yang diterapkan (Sulistiyanto & Fitriati, 2019).

 

 

Dalam membangun SDM, terdapat langkah pembangunan yang meliputi pembangunan fisik, mental, kecerdasan dan keterampilan. Pembangunan sumber daya manusia bertujuan sebagai pembentukan dasar kepribadian harus menggambarkan dan mengakar pada budaya bangsa sehingga akan membentuk kepribadian yang mampu dihandalkan (Priyanto, 2019)disini peran Psikologi Kemaritiman sebagai studi dan praktik interaksi antara perilaku manusia dan lingkungan maritim yang memang memiliki kondisi tidak menentu  dalam menghadapi operasi maritim (MacLachlan, 2017)termasuk pada proses bagaimana cara meningkatkan kualitas SDM-nya, dengan menggunakan The Tailored Adaptive Personality Assessment System (TAPAS). TAPAS adalah alat pengukuran kepribadian yang awalnya dikembangkan oleh Drasgow Consulting Group (DCG) di bawah program Small Business Innovation Research(SBIR) Angkatan Darat. Sistem tersebut dibangun di atas pekerjaan dasar Penilaian Motivasi Individu atau Assessment of Individual Motivation (AIM) dengan menggabungkan fitur-fitur yang dirancang untuk mempromosikan perlawanan terhadap pemalsuan dan dengan mengukur konstruksi kepribadian yang sempit, yaitu, segi yang diketahui memprediksi hasil dalam pekerjaan pengaturan. TAPAS menggunakan metode dari teori respon item atau item response theory (IRT) untuk membangun dan menilai item. Ini dapat diberikan dalam berbagai format seperti, sebagai tes non-adaptif dengan panjang tetap, di mana peserta ujian menanggapi urutan item yang sama atau sebagai tes adaptif di mana setiap peserta ujian menanggapi urutan unik item yang dipilih untuk memaksimalkan akurasi pengukuran untuk itu peserta ujian tertentu (Stark, Chernyshenko, Nye, & Drasgow, 2018).

 

 

Alat ukur TAPAS yang dikembangkan oleh DCG dan mencakup tiga pembobotan regresi skor yaiut Can-Do, Will-Do, dan  Adaptasi (untuk memprediksi gesekan) yang mana pada pembobotan skor tersebut meliputi aspek Keterbukaan terhadap Pengalaman (Efisiensi Intelektual, Toleransi), Kesadaran (Prestasi, Ketidakteguhan, Ketertiban, Pengendalian Diri), Extraversion (Pencarian Perhatian Dominasi, Sosialisasi, Pengkondisian Fisik), Kesesuaian (Kerja Sama, Tanpa Pamrih), dan Stabilitas Emosional (Penyesuaian, Emosi, Optimisme) pada tes ini, para subjek dipaksa untuk memilih pernyataan (Trent, Barron, Rose, & Caretta, 2020)TAPAS menggunakan model IRT untuk item preferensi berpasangan multidimensi atau multidimensional pairwise preference (MDPP) sebagai dasar untuk membangun, mengelola, dan menilai tes kepribadian yang dirancang untuk mengurangi distorsi respons (yaitu, berpura-pura) dan menghasilkan skor normatif bahkan dengan tes dimensi tinggi. Item TAPAS terdiri dari pasangan pernyataan kepribadian yang tugas responden adalah memilih salah satu yang "lebih seperti saya." Dua pernyataan yang membentuk setiap item dicocokkan dalam hal keinginan sosial dan lokasi pernyataan (ekstremitas), dan sering mewakili aspek kepribadian yang berbeda. Pendekatan ini membuat lebih sulit bagi peserta ujian untuk menentukan jawaban mana yang lebih baik, dan dengan demikian lebih sulit untuk "memalsukan kebaikan" pada semua aspek selama tes daripada dengan item kepribadian tipe Likert pernyataan tunggal (Stark, Chernyshenko, Nye, & Drasgow, 2018).

 

 

TAPAS dalam hal ini relatif tahan terhadap inflasi skor diseluruh aspek, mereka tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa peserta mungkin dapat memalsukan posisi mereka pada aspek tertentu (misalnya, Pengkondisian Fisik) ketika secara eksplisit diarahkan ke palsu baik pada skala individu. format unik TAPAS memberikannya keuntungan besar dibandingkan banyak upaya lain hingga saat ini untuk mengurangi pemalsuan dalam mengukur kepribadian menggunakan format laporan diri. Salah satu keuntungannya ialah sebagai penyaringan terhadap para prajurit TNI, khususnya TNI AL guna saat melakukan proses rekrutmen ataupun kejuruan demi meningkatkan kualitas SDM dimana TNI AL cukup tertinggal dengan TNI AD yang sudah mendahului dalam bidang SDM.

 

 

Referensi:

 

Hasibuan, M. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Indonesia: Bumi Aksara.

 

Kemhan RI. (2014). Doktrin Pertahanan Negara. In K. P. Indonesia, Doktrin Pertahanan Negara 2014 (pp. 62-64). Jakarta, Indonesia: Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.

 

Komara, R. T. (2019). Membangun Kapabilitas Sumber Daya Manusia Komponen Utama Menghadapi Era Perkembangan Dan Dinamika Kondisi Kekinian. WIRA Edisi Khusus 2019, pp. 26 - 32.

 

MacLachlan, M. (2017). Maritime Psychology: Research In Organizational & Health Behavior At Sea. Cham, Switzerland: Springer International Publishing Switzerland.

 

Mamik, & Syarif, U. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Sidoarjo, Indonesia: Zifatama.

 

Priyanto. (2019). Peran Sumber Daya Pertahanan Dalam Mendukung Sistem Pertahanan Negara. WIRA Edisi Khusus 2019, pp. 19 - 24.

 

Stark, S., Chernyshenko, O. S., Nye, C., & Drasgow, F. (2018). The Tailored Adaptive Personality Assessment System. Virginia: United States Army Research Institute for the Behavioral and Social Sciences.

 

Sulistiyanto, & Fitriati, R. (2019). World Class Navy: Kepemimpinan Kolaboratif di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut. Jakarta, Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama.

 

Trent, J. D., Barron, L. G., Rose, M. R., & Caretta, T. R. (2020). Tailored Adaptive Personality Assessment System (TAPAS) as an indicator for counterproductive work behavior: Comparing validity in applicant, honest, and directed faking conditions. Military Psychology, 32(1), 51 - 59.