ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 7 Apr 2022
Self Hardiness Pada TNI AU Dalam Menghadapi Stress Kerja
Oleh:
Giva Maisyahnas Saltsabillah, Hannifatun Fauziyah Setiawan, & Hesty Yuliasari
Program Studi Psikologi, Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara dengan kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau yang wilayahnya membentang dari sabang sampai merauke. Menurut Saksono (2013) luas Indonesia secara keseluruhan yang mencakup luas wilayah lautan dan daratan mencapai 5.176.800 Km2, wilayahnya yang luas ini memungkinkan Indonesia harus memiliki pertahanan yang luas dan tersebar dari sabang sampai merauke, khususnya jalur udara. TNI AU merupakan salah satu sistem pertahanan di Indonesiayang memiliki kewenangan untuk menjaga kesatuan Republik Indonesia di wilayah udara.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 mengenai wilayah tugas pokok TNI, yang menjelaskan bahwa seorang TNI memiliki tugas untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sehingga beban tugas yang dimiliki seorang anggota TNI begitu besar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh Sembiring & Hendra (2017) bahwa TNI AU dalam menjalankan perannya, mereka harus mampu menjaga keamanan di wilayah udara dan mampu menghadapi segala bentuk ancaman yang ada seperti ancaman kekerasan, ancaman navigasi, serta pelanggaran hukum di wilayah udara.
Besarnya beban kerja yang dimiliki oleh seorang TNI AU tentu akan menjadi salah satu faktor yang memicu munculnya stress kerja. Stress kerja merupakan suatu kondisi ketegangan yang memunculkan ketidakseimbangan antara fisik dan psikis, yang akhirnya mempengaruhi, emosi, dan proses berpikir seorang pekerja. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mangkunegara (Aldi & Susanti, 2019) yang menjelaskan bahwa stress kerja merupakan suatu kondisi dimana seorang pekerja mengalami ketegangan atau tekanan akibat dari tuntutan yang tidak sesuai dengan kemampuannya.
Kondisi kerja yang tidak nyaman memiliki kemungkinan menjadi salah satu faktor penyebab individu mengalami tekanan hingga jatuh sakit. Sehingga hal tersebut juga dapat memicu timbulnya stres. Stres yang dialami individu akan mempengaruhi fokus kerjanya, berkaitan dengan hal tersebut juga akan berdampak pada menurunnya motivasi kerja. Beban kerja yang berlebihan, jadwal kerja dan bahaya fisik juga akan mempengaruhi kondisi kerja pada individu (Prasetyo & Budiawan, 2019). Stres kerja seringkali menyebabkan hasil pekerjaan menjadi tidak maksimal hal ini tidak sesuai dengan fungsi pembinaan pada TNI AU, yang mana pembinaan tersebut dapat digunakan untuk mencapai keberhasilan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya stress kerja pada TNI AU, yaitu faktor organisasional seperti tuntutan tugas yang berlebihan dan faktor kepribadian dari individu itu sendiri, yang akhirnya akan mempengaruhi lingkungan dan kehidupannya (Safira, 2021). Oleh karena itu,perlu adanya pencegahan yang dilakukan oleh individu itu sendiri, salah satunya dengan meningkatkan self hardiness.
Self hardiness merupakan kepribadian yang memiliki daya tahan dan kemampuan terhadap masalah, sehingga dapat berfungsi menjadi sebuah perlawanan saat individu tersebut mengalami tekanan (Indriati & Muti’ah, 2015). Seorang individu yang memiliki self hardiness yang baik akan mampu menerima sebuah tantangan secara positif, sehingga individu tersebut akan beraktifitas dengan semangat dan menikmati setiap pekerjaannya, selain itu individu yang memiliki self hardiness yang tinggi ditunjukkan dengan suatu perasaan serta komitmennya untuk kerja yang kuat (Lina, 2018). Oleh karena itu, seorang anggota TNI dengan kepribadian yang tangguh akan dapat menerima tugas serta menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh dan keteguhan hati demi kesatuannya serta harga dirinya sebagai prajurit. Terdapat beberapa penelitian yang meneliti terkait stress kerja dan self hardiness, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Westman et al (Aguslia, 2019) yang menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa dampak stress kerja lebih kecil dalam kelompok hardiness yang tinggi dibandingkan dengan kelompok hardinessyang rendah.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, self hardiness berperan penting dalammenurunkan tingkat stress kerja pada prajurit AU, sehingga saat seorang prajurit AU memiliki self hardinessyang tinggi maka akan semakin kecil peluang prajurit tersebut mengalami stres kerja.
Referensi:
Aldi, Y., & Susanti, F. (2019). Pengaruh Stress Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. Frisian Flag Indonesia Wilayah Padang
Aguslia, Y. (2018). Hardiness Sebagai Variabel Moderator Pada Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Stres Istri Prajurit TNI Angkatan Darat. Tesis dipublikasi. Prodi Psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang. Dikases pada 20 Maret 2022, dari http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/46989. .
Indriati, F., & Mutiâ, T. (2015). Hubungan antara hardiness dengan self-efficacy pada lansia masih bekerja di banguntapan bantul. Jurnal Spirits, 5(2), 37-44.
Lina, D. M. (2018). Hubungan antara kepribadian Hardiness dengan kedisiplinan pada anggota TNI. Naskah publikasi. Prodi Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada 20 Maret 2022, dari http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/58926.
Prasetyo, A, D., & Budiawan W. 2018. Studi Stres Kerja Operator air trafic control (ATC) pada Bandara Ahmad Yani Semarang. Industrial Engineering Online Journal. 7(4) : 1-8.
Saksono, H (2013) The Blue Economy : an islands regional development solution the case study on anambas island regency. Jurnal Bina Praja. 5(1) : 1-12.
Safira, F. (2021). Hubungan Hardiness Dengan Stress Kerja Pada Karyawan Seles Di PT Alfa Scorpii Pekanbaru. Skripsi dipublikasi. Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negri Sultan Syarif Khasim Riau. Diakses pada 20 Maret 2022, dari http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/46521.
Sembiring, E, K & Hendra, A. (2017). Analysis of performance air force warrior within the task suports the air force air base soewondo medan. Jurnal prodi strategi pertahanan udara. 3(2) : 29-46