ISSN 2477-1686

Vol. 8 No. 6 Mar 2022

Depresi Berat Dan Self Harm: Apakah Selalu Berhubungan?

 

Oleh:

Ellyana Dwi Farisandy

Program Studi Psikologi, Universitas Pembangunan Jaya

 

Major Depressive Disorder (MDD) merupakan salah satu gangguan psikologis dimana seseorang mengalami kesedihan yang persisten atau terus menerus, memiliki perubahan pola makan dan tidur, kehilangan minat untuk melakukan aktivitas, kelelahan dan tidak memiliki energi, adanya perasaan tidak berharga bahkan munculnya pemikiran untuk mengakhiri hidup. Gejala-gejala ini dialami hampir setiap hari oleh seseorang selama minimal dua minggu. Tingkat keparahan MDD didasarkan pada jumlah gejala depresi yang tampak, tingkat keparahan gejala, dan seberapa menganggu hal tersebut. Tingkat keparahan MDD dibagi menjadi tiga (APA, 2013; Cherney, 2018), yakni mild (ringan), moderate (sedang), dan severe (berat).

 

Depresi Persisten (DYSTHMIA)

Terdapat beberapa jenis gangguan psikologis depresi, salah satunya adalah dysthymia. Gangguan dysthymia memiliki gejala yang lebih sedikit dibandingkan dengan MDD namun gejalanya kronis. Artinya, seseorang yang memiliki dysthymia mengalami gejala tersebut hampir setiap hari minimal selama dua tahun untuk orang dewasa atau minimal satu tahun untuk anak-anak dan remaja (Schimelpfening, 2020). Beberapa gejala yang seringkali muncul ketika seseorang mengalami dysthymia (APA, 2013; Schimelpfening, 2020; Zalaquett & Sanders, 2010)yakni:

 

1.  Adanya perasaan sedih yang persisten

2.  Perubahan pola makan dan pola tidur

3.  Kelelahan dan tidak memiliki energi bahkan untuk melakukan aktivitas yang ringan

4.  Harga diri yang rendah

5.  Kesulitan untuk berkonsentrasi, memusatkan perhatia, dan mengambil keputusan

6.  Adanya perasaan bersalah atau merasa tidak memiliki harapan

 

Non Suicidal Self Injury (NSSI)

NSSI (Non Suicidal Self Injury) merupakan perilaku menyakiti diri secara sengaja tanpa adanya niat untuk mengakhiri hidup. NSSI memiliki dua klasifikasi, yakni non patologis dan patologis (Arinda & Mansoer, 2021; Favazza, 2012).

 

1.    NSSI non patologis, termasuk modifikasi tubuh seperti penggunaan tato atau tindik 

2.    NSSI patologis terbagi menjadi empat kategori, yakni:

a.    NSSI mayor: Tindakan menghancurkan jaringan tubuh yang signifikan, misalnya mengamputasi bagian tubuh tertentu. 

b.    NSSI stereotipik: Tindakan yang dikaitkan dengan retardasi mental, seperti membenturkan kepala berulang, menggigit bibir, dan sebagainya. 

c.     NSSI kompulsif: Tindakan pengulangan perilaku seperti menggigit kuku, mencabut rambut, atau mencongkel kulit.

d.    NSSI impulsif: Tindakan seperti menyayat pergelangan tangan (cutting), menusukkan benda tajam ke kulit, mengganggu penyembuhan luka, dan sebagainya. Perilaku ini biasanya episodik dan lebih sering terjadi pada perempuan.

 

PERBEDAAN NSSI, SUICIAL THOUGHT, DAN SUICIDAL ATTEMPT

Suicidal thoughts atau pemikiran bunuh diri merupakan sebuah pemikiran dimana seseorang merencanakan untuk terlibat dalam perilaku untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Suicide attempt atau percobaan bunuh diri merupakan sebuah tindakan melukai diri secara langsung yang bertujuan untuk mengakhiri hidup, misalnya menggantung diri, melompat dari ketinggian, dan lain-lain. NSSI, suicidal thoughts, dan suicidal attempt termasuk dalam kategori self-injurious behavior yakni perilaku seseorang yang dengan sengaja melukai diri baik dengan niat bunuh diri ataupun tanpa adanya niat bunuh diri (Arinda & Mansoer, 2021; Hamza et al, 2012).

 

Terdapat perbedaan yang mendasar antara NSSI dan suicidal attempts. Berdasarkan frekuensinya, NSSI lebih sering terjadi dibandingkan dengan suicidal attempts. Berdasarkan tingkat keparahannya, NSSI lebih ringan dibandingkan suicidal attempts yang lebih parah bahkan mematikan. Berdasarkan tujuannya, NSSI dilakukan untuk menghindari impuls bunuh diri sedangkan suicidal attempts dilakukan dengan intensi untuk mengakhiri hidup (Klonsky et al, 2014).

 

Seseorang yang melakukan NSSI tidak selalu memiliki pemikiran untuk bunuh diri pun mengakhiri hidup. Terkadang, mereka melakukan itu karena ingin melepas ketegangan, mengurangi perasaan negatif yang berlebihan, mendistraksi diri, ataupun menghukum diri. Namun, adakalanya perilaku NSSI dapat meningkat menjadi pemikiran atau bahkan percobaan bunuh diri. Penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah dariindividu yang melakukan NSSI melaporkan setidaknya satu percobaan bunuh diri. NSSI dapat berujung kepada bunuh diri ketika seseorang merasa bahwa NSSI tidak lagi menjadi cara penyelesaian masalah yang efektif. Selain itu, seseorang yang terbiasa melakukan NSSI akan menjadi tidak peka karena terbiasa dengan rasa sakit sehingga melihat upaya bunuh diri menjadi hal yang tidak lagi menakutkan (Klonsky et al, 2013; 2014).

 

DEPRESI, NSSI, DAN KEINGINAN UNTUK MENGAKHIRI HIDUP

Seseorang yang mengalami gangguan depresi, baik MDD (Major Depressive Disorder) ataupun Dysthymia tidak selalu melakukan NSSI pun pernah melakukan percobaan bunuh diri. Namun, data menunjukkan bahwa individu dengan gangguan depresi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melakukan bunuh diri. Penelitian menujukkan bahwa 32% individu yang meninggal dikarenakan bunuh diri memiliki gangguan MDD (Knorr, 2016). Penelitian lain menunjukkan bahwa NSSI di masa remaja merupakan prediktor seseorang mengalami depresi, kecemasan, dan percobaan bunuh diri di kemudian hari (Waals, 2018).

 

 

Referensi:

 

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. Fifth edition. American Psychiatric Association.

 

Arinda, O. D., & Mansoer, W. W. D. (2021). NSSI (Nonsuicidal Self-Injury) pada Dewasa Muda di Jakarta: Studi fenomenologi interpretatif. Jurnal Psikologi Ulayat, 8(1), 123-147. DOI: 10.24854/jpu150

 

Cherney, K. (2018, August 22). Signs and symptoms of mild, moderate, and severe depression. Healthline. https://www.healthline.com/health/depression/mild-depression

 

Favazza, A.  R.  (2012).  Nonsuicidal self-injury:  How categorization guides treatment. Current Psychiatry,11(3), 21-25. https://www.researchgate.net/publication/267561838_Nonsuicidal_self-injury_How_categorization_guides_treatment

 

Hamza, C. A., Stewart, S. L., & Willoughby, T. (2012). Examining the link between nonsuicidal self-injury and suicidal behavior: A review of the literature and an integrated model. Clinical Psychology Review, 32(6), 482–495. DOI: 10.1016/j.cpr.2012.05.003

 

Klonsky, E. D., May, A. M., & Glenn, C. R. (2013). The relationship between nonsuicidal self-injury and attempted suicide: converging evidence from four samples. Journal of abnormal psychology, 122(1), 231. DOI: 10.1037/a0030278

 

Klonsky, E. D., Victor, S. E., & Saffer, B. Y. (2014). Nonsuicidal Self-Injury: What We Know, and What We Need to Know. The Canadian Journal of Psychiatry, 59(11), 565–568. DOI: 10.1177/070674371405901101

 

Knorr, A. C., Tull, M. T., Anestis, M. D., Dixon-Gordon, K. L., Bennett, M. F., & Gratz, K. L. (2016). The interactive effect of major depression and nonsuicidal self-injury on current suicide risk and lifetime suicide attempts. Archives of suicide research, 20(4), 539-552. DOI: 10.1080/13811118.2016.1158679

 

Schimelpfening, N. (2020, March 22). An overview of persistent depressive disorder (dysthymia). Verywellmind. https://www.verywellmind.com/what-is-dysthymia-dysthymic-disorder-1066954

 

Waals, L., Baetens, I., Rober, P., Lewis, S., Van Parys, H., Goethals, E. R., & Whitlock, J. (2018). The NSSI family distress cascade theory. Child and adolescent psychiatry and mental health, 12(1), 1-6. DOI: 10.1186/s13034-018-0259-7

 

 

Zalaquett, C. P., & Sanders, A. E. (2010). Major depression and dysthymic disorder in adolescents: The critical role of school counselors. Retrieved from https://www.counseling.org/resources/library/vistas/2010-v-online/Article_77.pdf