ISSN 2477-1686
Vol. 8 No. 6 Mar 2022
Pentingnya Parental Self-Efficacy untuk Mengatasi Stres Orangtua dalam Mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus Melakukan Pembelajaran Jarak Jauh
Oleh:
Nathania Nataputeri & Penny Handayani
Fakultas Psikologi, UNIKA Atma Jaya
Orangtua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) cenderung mengalami stres yang berbeda jika dibanding orangtua lainnya (Feldman et al., 2007; Benson & Karlof, 2009). Hal ini disebabkan karena anak yang dimiliki membutuhkan perhatian dan bimbingan yang khusus jika dibandingkan dengan anak pada umumnya. Selain itu, berbagai stigma khusus juga diberikan kepada ABK dan keluarganya oleh masyarakat awam, perlakuan diskriminatif, tuntutan pengasuhan tambahan, dan beban biaya finansial pengasuhan juga mendorong munculnya stress tambahan (Martin & Colbert, 1997).
Menurut Cornelli, stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan maupun tuntutan kehidupan yang muncul dari lingkungan maupun dari cara individu berpenampilan di dalam lingkungan tersebut (Taylor, 2006). Masa pandemi Covid-19 yang tak kunjung selesai ini juga tentu menimbulkan berbagai pemicu stres baru. Salah satunya adalah kegiatan pembelajaran jarak jauh yang dimulai pada awal tahun 2020 sebagai upaya pencegahan penyebaran virus Covid-19 yang dilakukan pemerintah (Wu & Xu, 2020).
Kebijakan program ini membuat seluruh siswa harus melakukan pembelajaran jarak jauh. Namun, ABK terkendala dalam mengikuti pembelajaran daring, sebab mereka memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa disamakan untuk mengikuti pembelajaran daring seperti yang dilakukan oleh siswa reguler (Arsani, Hadi, & Purwasih, 2021). Anak yang mengalami keterbatasan fisik, mental-intelektual, sosial maupun emosional (Terayanti, 2020) memerlukan adanya guru pendamping khusus secara langsung untuk membantu proses belajar. Selain itu, pembelajaran jarak jauh juga tidak bisa dilakukan setiap hari. Sebab, jika ABK terlalu lama memandang layar, perkembangan mereka dapat terhambat bahkan menurun (Tereyanti, 2020).
Oleh karena itu, peran orang tua dalam mendampingi anak menjadi lebih dominan dan berlipat ganda tuntutannya dimana orangtua juga menjadi guru atau terapis bagi anak. Hal seperti, aktif mencari dan menerapkan berbagai kegiatan yang biasanya dilakukan para guru maupun terapis agar anak tetap terasah kemampuannya adalah hal yang harus dilakukan orangtua. Sedangkan, ketersediaan waktu orang tua untuk mendampingi dan membimbing terbatas (Arsani, Hadi, & Purwasih, 2021). Hal yang biasanya terjadi adalah kegiatan pembelajaran daring yang dilakukan pada pagi hari harus tertunda dikarenakan orang tua yang harus bekerja, (Arsani, Hadi, & Purwasih, 2021).
Selain itu, berbagai tantangan lain yang harus dihadapi orangtua selama pandemi juga cukup beragam, seperti menjaga kesehatan fisik secara intensif, keadaan ekonomi yang fluktuatif, pekerjaan yang lebih banyak dari biasanya, dan konflik rumah tangga yang timbul. Kesemua hal ini tentu dapat membuat orangtua merasa kewalahan sehingga menimbulkan stres yang lebih dibanding biasanya. Situasi seperti ini berpotensi sangat besar untuk menimbulkan pengaruh negatif pada berbagai aspek kehidupan seperti, terganggunya pekerjaan, hubungan rumah tangga, maupun pengasuhan anak yang tentunya ingin dihindari.
Kepercayaan diri pengasuh maupun orangtua akan kemampuannya untuk berhasil membesarkan anak atau parental self-efficacy (Jones & Prinz, 2005) berperan penting untuk mengatasi stres dalam mendampingi ABK, termasuk dalam mendampingi anak belajar dari rumah. Sebab, parental self-efficacy mempengaruhi tingkat stres, kecemasan, atau depresi yang dirasakan orang tua. Maka sangat dipahami jika semakin tinggi parenting self-efficacy, maka semakin rendah kemungkinan stres. Baik stres yang dipicu oleh perilaku ABK atau pemicu stres yang ada didalam diri orang tua itu sendiri (Pratiwi, Ismail, & Iryana, 2021).
Selain itu, parental self-efficacy juga dapat mempengaruhi strategi koping yang dipilih untuk mengatasi masalah pemicu stres, meningkatkan well-being (Irawati,2012), membuat orangtua lebih aktif mendukung perkembangan anak (Pratiwi, Ismail & Irvana, 2021), mempengaruhi keterlibatan orangtua dalam terapi anak (Hoza et al., 2000), dan mempengaruhi tinggi rendahnya perkembangan anak selama terapi (Warren & Lambert, 2013). Berdasarkan hal-hal ini, dapat dilihat secara spesifik bahwa parental self-efficacy dapat membantu mengatasi masalah stres yang dihadapi orangtua dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus belajar dari rumah.
Salah satu cara meningkatkan parental self-efficacy pada orangtua yang mudah dilakukan menurut Bandura adalah dengan mencari dan mendapatkan dukungan sosial (Coleman & Karraker, 1997). Hal yang dapat dilakukan adalah meminta dukungan dari kerabat, keluarga, maupun pusat layanan kebutuhan khusus. Selain itu, banyaknya psikoedukasi yang beredar mengenai cara meningkatkan parental self-efficacy juga dapat membantu orangtua mendapatkan informasi secara langsung dari para ahli (Ekaningtyas, 2019). Hal-hal ini dapat memicu orangtua menjadi lebih percaya diri dan bahagia sehingga meningkatkan parental self-efficacy.
Dengan meningkatkan parental self-efficacy, proses mendampingi anak selama masa pembelajaran jarak jauh yang sebelumnya menjadi pemicu stres, berubah menjadi sumber pelepas stres yang menyenangkan sekaligus sebagai dorongan untuk menjadi orangtua yang lebih baik. Terlebih, banyaknya waktu yang dihabiskan bersama anak membuat orangtua dapat lebih mengenal anak, lebih terlibat, dan melihat secara langsung perkembangan anak.
“As special needs parents we don’t have the power to make life “fair”, but we do have the power to make life joyful” – anonymous
Referensi:
Arsani, Saraswati., Hadi, Nur., Purwasih, Joan Hesti Gita. (2021). Peran Orang Tua Dalam Pembelajaran Daring Anak Berkebutuhan Khusus Pada Masa Pandemi COVID-19 di Sekolah Inklusi SDN Mojorejo I Kota Batu. Naturalistic; Jurnal Kajian Penelitian dan Pendidikan dan Pembelajaran, 5(2), 846-855. https://journal.umtas.ac.id/index.php/naturalistic/article/download/1135/639/450 1
Benson, P. R., & Karlof, K. L. (2009). Anger, stress proliferation, and depressed mood among parents of children with ASD: A longitudinal replication. Journal of Autism and Developmental Disorders, 39(2), 350– 362.
Coleman, P. K., & Karakker, K. H. (1997). SelfEfficacy and Prenting Quality: Findings and Future Aplication. Developmental Review, 18, 47-85.
Ekaningtyas, Ni Luh Drajati. (2019). Parenting Education Guna Meningkatkan Parenting Self-Efficacy Pada Orang Tua Dari Anak Dengan Gangguan Autisme. Pratama Widya Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 36-37. https://www.ejournal.ihdn.ac.id/index.php/PW/issue/archive.
Feldman, M., McDonald, L., Serbin, L., Stack, D., Secco, M. L., & Yu, C. (2007). Predictors of depressive symptoms in primary caregivers of young children with or at risk for developmental delay. Journal of Intellectual Disability Research, 51(8), 606–619.
Hastings, R. P., & Brown, T. (2002). Behavior problems of children with autism, parental self-efficacy, and mental health. American Journal on Mental Retardation, 107(3), 222–232.
Hoza, B., Owens, J. S., Pelham, W. E., Swanson, J. M., Conners, C. K., Hinshaw, S. P., Arnold, L. E., & Kraemer, H. C. (2000). Parent cognitions as predictors of child treatment response in attentiondeficit/hyperactivity disorder. Journal of Abnormal Child Psychology, 28(6), 569– 583.
Irawati, Intan. (2019). Hubungan Antara Parenting Self-Efficacy dengan Psychological Well Being Ibu dari Anak Usia Kanak-Kanak Madya dengan Gangguan Pendengaran. Universitas Indonesia Library, 41. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320387-S-Intan%20Irawati.pdf.
Jones, T. L., & Prinz, R. J. (2005). Potential roles of parental self-efficacy in parent and child adjustment: A review. Clinical Psychology Review, 25(3), 341–363.
Martin, C. A., & Colbert, K. K. (1997). Parenting: A life span perspective. Mcgraw-Hill Book Company.
Pratiwi, Hadiyanti., Ismail, Murniyanti., Irayana, Ika. (2021). Efikasi Diri, Stres Pengasuhan dan Strategi Koping Orang Tua dari Anak Berkebutuhan Khusus di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Smart Paud, 4, 11-22. Doi: http://dx.doi.org/10.36709/jspaud.v4i1.15341.
Taylor, S.E. 2006. Health Psychology. New York: McGraw Hill Inc.
Terayanti, Yeslin Anjelina. (2020). Pengaruh Pembelajaran Pada Anak Berkebutuhan Khusus di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan, 1-7. https://osf.io/preprints/qsn8w/
Warren, J., & Lambert, M. (2013). Youth Clinical Support Tools Manual. Treatment support measure: Parent and youth forms.
Wu, Q., & Xu, Y. (2020). Parenting stress and risk of child maltreatment during the COVID-19 pandemic: A family stress theory-informed perspective. Developmental Child Welfare, 2(3), 180– 196. https://doi.org/10.1177/2516103220967937